Kamis, 13 November 2008

Pengakuan seorang Muslimah korban Pemurtadan melalui Jin

Baca pengakuan ex. muslimah yg jadi intel Katholic
Pasukan jin dan Salibis bekerja sama memurtadkan umat Islam. Setiap keluarga Muslim dituntut waspada dengan menanamkan akidah Islam secara benar dan mendalam kepada putra-putrinya.


Kisah tragis ini dimulai saat Nena berteman dengan salah seorang aktivis Kerohanian Kristen (Rokris) yang kebetulan satu sekolah dengannya di salah satu SMU Negeri di Kawasan Ciledug, Jakarta. Kedekatan mereka pun terus berlanjut. Hingga suatu waktu, Muslimah yang taat menjalankan ibadah ini diajak aktivis Rokris itu ke rumah kakak pembinanya, seorang Ketua PA (Pendalaman al-Kitab). Lantaran tidak menaruh rasa curiga, Nena yang juga keponakan salah seorang artis ternama ibukota itu tidak berontak saat dua orang temannya yang juga aktivis Rokris memegang lengannya.


Sementara Ketua PA menyentuh keningnya. Tiba-tiba, menurut pengakuan Nena, suhu tubuhnya mendadak panas. Ia merasakan ada getaran masuk ke dalam punggungnya. Seketika itu pula, Muslimah yang selalu patuh kepada orang tuanya ini, tak sadarkan diri.

Sejak kejadian itu, Nena kelihatan berperilaku aneh. Ia sering melamun dan tak mau berkomunikasi, mesti dengan keluarganya sekalipun. Padahal, dulunya, ia dikenal sebagai anak periang. Anehnya lagi, gadis yang akrab dengan teman-temannya ini, jadi suka memuja-muja Yesus dan ‘ketagihan’ pergi ke gereja.

Peristiwa ini terus berlangsung selama satu tahun, hingga Nena dibaptis seorang pendeta. Untuk menutupi apa yang terjadi pada dirinya tersebut, gadis belia ini diperintahkan teman-teman Kristennya untuk tetap melakukan shalat. Namun, shalat yang dilakukannya dengan mengagungkan nama Yesus, walau gerakannya sama dengan shalat pada umumnya.

Tak cukup sampai di situ, para misionaris meminta Nena membenci kedua orang tuanya karena dianggap berada pada jalan lain alias kafir. Bahkan, oleh Ketua PA, Nena ditugaskan merekrut teman-temannya yang lain untuk masuk Kristen.

Nena terbilang ‘kader’ sukses. Ia berhasil memurtadkan beberapa orang rekannya dengan cara sama seperti saat Ketua PA melakukan pemurtadan terhadap dirinya. Malah, sewaktu dalam ‘binaan’ Ketua PA, Nena mampu menghafal ayat-ayat al-Kitab, sehingga dimasukkan sebagai salah satu penginjil dalam misi pemurtadan.

Meski segala upaya dijalankan pasukan Palangis untuk memurtadkan Nena, namun kalau Allah SWT berkehendak lain, maka segala ‘konspirasi’ itu tak ada manfaatnya sama sekali. Akhirnya, berkat bantuan sejumlah pihak, Nena diselamatkan kembali ke pangkuan Islam. Kini, ia menjalankan perintah Allah SWT dan Rasulullah saw seperti sedia kala.

Inilah model teranyar pemurtadan memanfaatkan bantuan mahluk halus. Pemurtadan memakai medium jin ini, kini lagi ngetrend. Tidak sedikit sekte-sekte Kristen memanfaatkannya untuk mendangkalkan akidah umat. “Tidak perlu heran jika kelompok Salibis memakai bantuan jin untuk memurtadkan umat Islam,” kata pakar Jinologi asal Bandung Ustadz Eman Sulaeman.

Menurut Ustadz Eman, disuruh atau tidak yang namanya jin, apalagi iblis akan senang menggelincirkan umat Islam dari jalan Allah SWT. Jin dan sejenisnya, kata Ustadz Eman, akan melakukan dua serangan. Pertama, serangan langsung ke kalbu umat. Kedua, serangan tidak langsung seperti ke tempat-tempat keramat, kuburan dan lainnya.

Pendapat senada dikemukakan Direktur Lembaga Pendidikan dan Pengkajian al-Qur’an Bandung, KH. Aminuddin Shaleh. Menurutnya, pemurtadan meminta bantuan mahluk halus merupakan bagian strategi kelompok Kristen guna menghancurkan akidah umat. “Kaum Salibis memang selalu membuat jengkel umat Islam,” katanya kesal.

Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Meski umat Islam dongkol, pemurtadan tetap saja berjalan. Apalagi, sejumlah sekte Kristen menganggap kerjasama dengan roh jahat cukup efektif dan efisien. Selain prosedurnya tidak terlampau berbelit, biaya yang dikeluarkan pun relatif tidak terlalu mahal. Namun, hasilnya cukup baik.

Kerjasama dengan jin dapat menghemat tenaga dan uang. Mereka tidak perlu susah-payah membagi-bagi makanan atau segepok uang gratis kepada para korban, tapi hanya menaruh tangan ke kening korban, –tentu saja dengan bantuan jin—umat Islam jadi hilang ingatan, linglung, patuh dan akhirnya rela mengikuti apa saja yang diperintahkan mereka. Akidah umat Islam jadi goyang, ragu keislamannya dan akhirnya murtad.

Selain secara terang-terangan, metode pemurtadan dengan black magic ini juga dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Salah satunya melalui pemurtadan berkedok pengobatan alternatif yang tidak rasional.

Kelompok Gereja Tiberias adalah sekte Kristen yang paling terdepan memakai cara-cara seperti ini. Dari berbagai brosur dan selebaran yang disebarkan ke masyarakat, mereka mengklaim mampu menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk penyakit yang telah divonis mati dokter dan tim medis seperti otak hancur, syaraf putus dan jantung bocor.

Hanya dengan menempelkan tangannya ke kepala korban ditambah ‘air suci’ dan doa-doa tertentu, seorang pendeta mampu menyembuhkan semua penyakit. Setelah sembuh dari penyakitnya, orang itu datang ke pendeta dan minta dibaptis menjadi Kristen.

Pemurtadan ala Tiberias ini dilakukan ke hampir semua mal-mal dan pusat perbelanjaan yang ada di sekitar Jabotabek. Sasaran utama kristenisasi dengan cara ini adalah para ABG yang merupakan pengunjung mal terbanyak. Para remaja tanggung itu didatangi dan diimingi pengobatan secara gratis. Namun, di belakang ‘sikap manis’ itu ada bahaya mengancam akidah mereka.

‘Dakwah’ kelompok Kristen yang berkantor di Jl. Kelapa Gading Boulevar Utara Blok PD 1/22 ini juga sangat rapi dan terpola. Melalui jadwal rutin dan materi secara terencana, pendangkalan akidah dijalankan di sejumlah gedung perkantoran besar seperti Menteng Prada Lt 4, Wisma Dharmala Sakti Lt 14, Graha Kencana Lt 5, Hotel Ciputra Lt 1.

Mereka pun sering mengisi materi di Graha Atrium, Grand Mall Bekasi, Gedung Cawang Kencana, Plaza Metro Sunter. Bahkan, setiap hari Sabtu jam 10.00 WIB, mereka rutin nongol di TVRI secara nasional pada gelombang 39 UHF. Dalam acara yang bertajuk ‘Firman Allah dan Kesaksian Mukjizat’ itu tampil sebagai pembicara antara lain Pimpinan Gereja Tiberias Pendeta Yesaya Pariadji dan Pendeta Gilbert Lumoindang STh.

“Kiprah Tiberias telah merambah secara nasional,” kata Kristolog Abu Deedat Shihabudin. Menurut Ustadz Abu Deedat, berdasarkan data dan pengakuan para korban pemurtadan, kasus-kasus pendangkalan akidah belakangan ini digarap dari kelompok Tiberias ini. “Kalau dulu, kebanyakan berasal dari kelompok Nehemia,” tambahnya.

Di Jabotabek, masih kata Ustadz Abu, kelompok ini berpusat di Lippo Cikarang. Oleh karena itu, katanya, aktivitas kelompok Tiberias tidak bisa dipisahkan dengan sejumlah konglomerat seperti James Riyadi, selaku pemilik Grup Lippo dan Ciputra. “Konon, merekalah penyandang dananya,“ tutur Ustadz Abu.

Benarkah Tiberias melakukan pemurtadan dengan bantuan jin? Humas Tiberias Center, Elvis membantah tudingan miring tersebut. “Tidak, tidak benar. Kami melakukan yang sewajarnya mesti dilakukan. Kita tak melakukan di luar itu,” tegasnya.

Lepas dari itu, kalau para konglomerat terus menyuplai dana, maka masuk akal jika pemurtadan kepada umat Islam terus berjalan. Bahkan, perampasan akidah umat itu telah masuk ke daerah-daerah. Di Lampung misalnya. Banyak Muslimah menjadi korban pemurtadan aktivis gereja. Salah satunya menimpa mahasiswi teknik elektro Universitas Lampung, Yoppi.

Mahasiswi yang cukup cerdas dan taat beribadah ini adalah korban pemurtadan dengan bantuan makhluk halus berkedok perkumpulan bimbingan belajar (Bimbel). Anak pasangan Dwi Suryo dan Rilya Hayana ini terlebih dahulu dihipnotis dan jiwanya dimasuki unsur lain. Dalam keadaan tidak sadar, para pengasuhnya di lembaga Bimbel mendoktrin ajaran Yesus ke Yoppi. Ia pun ragu dengan Islam dan akhirnya Yoppi berhasil dibaptis.

Pemurtadan juga marak di daerah Jawa Barat. Kali ini seorang akhwat asal Cianjur menjadi korbannya. Menurut penuturan sumber SABILI, akhwat yang juga mahasiswi Universitas Padjajaran Bandung itu ragu terhadap Islam setelah berteman dengan seorang laki-laki Kristen. Setelah diberi ‘air aneh’, Muslimah itu pusing dan menjerit-jerit. Singkat cerita, Muslimah ia pun patuh terhadap perintah laki-laki Kristen itu.

Sebagai hamba Allah, umat Islam semestinya mampu menangkal segala trik jahat kelompok kafir tersebut. Namun, kenyataanya tidaklah demikian. Banyak umat Islam terpengaruh, bahkan mengikuti bujuk rayu mereka. Mengapa umat tidak mampu menangkis segala macam tipu muslihat kaum Salibis, malah sebaliknya mengikuti agama mereka?

Tak mudah menjawab pertanyaan ini. Karena persoalannya saling berhubungan satu dengan lainnya. Namun, rapuhnya akidah umat Islam adalah faktor utama persoalan ini. Akidah umat masih bermasalah. Sebagian besar umat masih bersekutu dengan selain Allah SWT, bahkan tak jarang yang mempercayai khurafat dan tahayul.

Ustadz Eman menyatakan, “Kepercayaan kepada khurafat dan tahayul merupakan lahan empuk merusak akidah umat,” Menurutnya, ada tiga kelompok manusia yang rentan pemurtadan melalui bantuan jin ini. Pertama, orang yang menjadikan mahluk halus sebagai pemimpinnya. Kedua, orang-orang yang musyrik, yakni percaya pada paranormal dan dukun. Ketiga, orang-orang yang mengalami depresi. “Mereka sangat mudah terkena gangguan jin,” tegasnya

Kuatnya memegang tradisi leluhur adalah faktor kelemahan umat berikutnya. Tradisi yang bertentangan dengan Islam ini pula yang kemudian dimanfaatkan kelompok Nasrani untuk memurtadkan umat. Acara-acara leluhur seperti seren taun pada masyarakat Cigugur, Kuningan atau upacara tumbal buat Nyi Roro Kidul di Yogyakarta sesungguhnya kerap dimanfaatkan para misionaris memasukkan ajaran Kristus.

Seiring beratnya tantangan yang akan dihadapi ke depan, umat mesti memiliki pertahanan yang prima. Pondasi umat harus kuat agar tidak mudah digoyang musuh. Setiap keluarga Muslim harus mampu menangkis berbagai serangan yang ditembakkan musuh kepadanya.

Lantas, apa yang mesti dilakukan umat agar mampu bertahan sekaligus balik menyerang musuh-musuh Islam itu? Mempelajari dan mengkaji Islam secara benar dan kaffah agar tidak mudah dihancurkan musuh adalah faktor utama yang mesti dilakukan keluarga Muslim.

Setiap keluarga Muslim harus menanamkan akidah Islam kepada putra-putrinya sejak dini agar mereka mampu menangkis segala rekayasa pemurtadan musuh. “Keluarga mempunyai peran besar dalam menanamkan nilai-nilai agama dan tauhid kepada putra-putrinya,” kata Ustadz Husni.

Ustadz asal Bandung ini menyatakan, Kristenisasi sangat berbahaya bagi generasi Islam saat ini dan ke depan. Oleh karena itu, umat Islam harus menghadapinya secara serius. Jangan sampai yang minoritas justru mengobok-obok kelompok mayoritas. “Selain tindakan reaktif, tindakan preventif mesti juga dilakukan,” tuturnya.

Selain itu, umat Islam mesti menghindari diri dari perbuatan-perbuatan syirik, khurafat dan bid’ah, termasuk juga membatasi diri menonton tayangan televisi yang dapat mendangkalkan akidah umat seperti acara-acara mistik, tahayul dan khurafat, termasuk tayangan-tayangan seronok yang akan membangkitkan selera rendah. “Bisa jadi orang yang berada di belakang tayangan-tayangan bermasalah tersebut adalah anti Islam sebab semua tayangan miring itu, bermasalah,” Kata KH. Aminudin.

Di atas semua itu, umat Islam wajib menjalin ukhuwah yang solid agar tidak mudah dihancurkan musuh sekaligus bangkit memukul balik mereka. Ketahuilah bahwa pasukan kecil tapi solid dan kompak akan mampu menaklukkan masukan besar tapi rapuh dan bercerai-berai. Ya, Allah lindungilah umat Islam dan hancurkan musuh-musuh kami.

Rivai Hutapea

Sumber Majalah Sabili

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda