Minggu, 16 November 2008

Hati-Hati Upaya Pemurtadan !!!

Penganut Kristen harus dan perlu dibedakan dalam tiga golongan.
Pertama, penganut Kristen yang buta (tidak tahu dan tidak faham agama Kristen, tidak pernah membaca dan mempelajari Bibel, tidak pernah ke Gereja dan kalau ditanya tentang agama Kristen, mereka tak dapat menjawab secara argumenentatif.
Kedua, penganut Kristen yang menjadi qissiis dan rahib (mendalami ajaran Kitab Suci Injil dan mengamalkannya), seperti yang diungkapkan al-Qur'an surah al-Maa-idah ayat 82-83, yang kalau terdengar oleh mereka penyampaian wahyu kepada Rasul Allah, mereka menangis dan menyatakan beriman kepada Allah.
Ketiga, penganut Kristen seperti yang diungkapkan Allah di dalam al-Qur'an (Al-Baqarah: 120) bahwa Yahudi dan Nasrani tidak senang kepada Islam sehingga umat Islam mengikut agama mereka. Nah, yang berbahaya bagi umat Islam ialah penganut Kristen golongan terakhir ini.


Golongan terakhir inilah yang secara gigih berupaya memurtadkan (mengkristenkan) umat Islam, yang dalam perkembangan selanjutnya dikatakan kristenisasi. Upaya ini telah berlangsung sejak lama, termasuk di Indonesia. Hanya di Indonesia, ketika Orde Baru jaya, banyak pejabat negeri ini tidak percaya bahwa kristenisasi besar-besaran telah dan sedang terjadi di Indonesia. Tetapi setelah dikeluarkan buku Fakta dan Data tentang kristenisasi di Indonesia oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, banyak yang terperangah dan yakin bahwa pihak misionaris zending telah bekerja keras siang-malam untuk mengkristenkan umat Islam secara khusus. Ironisnya, pada Orde Reformasi di Indonesia, upaya kristenisasi itu semakin berani dan terbuka bahkan keji. Mereka menggunakan Al-Qur`an dan Hadits dengan pengertiannya yang sengaja diputarbalikkan untuk membenarkan ajaran sesat mereka, dan sekaligus untuk mengelabui umat Islam, agar sudi masuk Kristen. Berbagai trik halus mereka lakukan, di antaranya bergerilya dengan kedok "dakwah ukhuwwah" dan "shirathal mustaqim" secara gencar dan tersembunyi. Gerakan ini dikoordinasi oleh Yayasan NEHEMIA yang dipelopori Dr Suadi Ben Abraham, Kholil Dinata dan Drs. Poernama Winangun alias H. Amos.

Yang dimaksud dengan Kristenisasi dalam konteks ini menurut YB Sariyanto Siswosoebroto ialah mengkristenkan orang (non Kristen) secara besar-besaran dengan segala daya upaya yang mungkin agar adat dan pergaulan dalam masyarakat mencerminkan ajaran agama Kristen. Masyarakat yang demikian akan lebih melancarkan tersiar luasnya agama Kristen. Akhirnya kehidupan rohani dan sosial penduduk diatur dan berpusat ke gereja.

Upaya kristenisasi yang gencar itu dilancarkan bukan hanya terhadap orang-orang yang belum beragama atau yang menganut kepercayaan animisme saja, tetapi juga terhadap orang yang telah beragama Islam. (Beberapa keluarga penganut Islam berhasil diKristenkan).

Di kalangan penganut Kristen, pengkristenan dipercayai sebagai satu tugas suci yang dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh ditinggalkan. Mengkristenkan orang dianggap sebagai membawa kembali anak-anak domba yang tersesat, dibawa kembali kepada induknya. Manusia-manusia sebagai anak domba akan dibawa kepada kerajaan Allah.

Dan kristenisasi merupakan usaha internasional. Artinya upaya mengeristenkan umat manusia dilakukan ke seluruh dunia, sedang dalam pengertian politik ialah: Berusaha melahirkan undang-undang ataupun peraturan atau tindakan dan sikap penguasa, yang memberi kesempatan lebih banyak lagi bagi tersiarnya agama itu atau menguntungkan bagi agama itu. Apabila penyebaran Kristen dalam masyarakat telah berhasil dan dalam bidang politik berhasil pula, maka terbukalah jalan yang selebar-lebarnya untuk menjadikan keseluruhan masyarakat bernapaskan Kristen, sehingga diharapkan dengan cepat umat Kristen akan menjadi mayoritas, seperti di Filipina, yang sekarang ini ternyata menjadi basis perluasan Kristen ke seluruh Asia Tenggara.

Usaha Kristenisasi itu dilakukan dengan segala daya, biaya, peralatan yang lengkap, rencana yang masak, tehnik yang tinggi, kemauan dan kesungguhan yang mantap dan kuat, keyakinan yang mendalam serta melalui segala jalan dan saluran yang meresap dalam hampir semua aspek kehidupan manusia -- sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, politik dan segala macam hiburan.


Musyawarah yang gagal
Pada tanggal 30 Nopember 1967 Pemerintah Indonesia mengadakan Musyawarah Antar Agama bertempat di gedung Dewan Pertimbangan Agung Jakarta, dengan maksud antara lain untuk membina saling pengertian dan saling toleransi antara pemeluk-pemeluk agama terutama Islam dan Kristen. Dalam sambutan tertulis Jenderal Suharto pada waktu itu, pejabat Presiden Republik Indonesia, menyatakan keprihatinannya atas kenyataan bahwa penyiaran agama masih dilakukan orang terhadap mereka yang telah memeluk agama tertentu. Dijiwai oleh sambutan Pejabat Presiden itu maka pihak umat Islam mengusulkan rumusan persetujuan, yaitu: Rakyat yang telah beragama jangan dijadikan sasaran penyebaran agama lain. Umat Islam setuju, tetapi pihak Kristen menolak keras usul itu. Maka dicoba mengadakan pertukaran pikiran dan pendekatan-pendekatan namun sia-sia, yang mengakibatkan musyawarah yang berlangsung hampir 24 jam itu tidak menghasilkan sesuatu yang kongkrit.


Selain Islam, Masuk Neraka
Kalau saja dalam beragama dibolehkan mempertuhankan akal, mungkin banyak orang Islam meninggalkan Islam, lalu masuk Kristen. Sebab dalam Kristen, perintah dan kewajiban tak banyak. Shalat tak perlu sampai lima kali sehari semalam. Dan mungkin masih banyak kemudahan-kemudahan serta keringanan-keringanan lain lagi. Tetapi Allah dalam hal ini telah memberikan ketentuan: "Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima dan ia di akhirat menjadi orang-orang yang rugi." (Ali Imran: 85)

Yang dimaksud dengan merugi di sini ialah dimasukkan ke dalam neraka. Firman Allah ini menguatkan firman Allah di dalam al-Qur'an. "Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah Islam." (Ali Imran: 19)

Bukan Allah diktator atau otoriter, tetapi apa yang dikatakanNya itu tentu yang baik, sedang selainnya pasti tak baik. Apa gunanya memilih agama yang dirasakan enak dan mudah dilaksanakan, kalau akibatnya di akhirat nanti, dilemparkan ke dalam neraka? Wallaahu Ta'ala a'lam. (bps/waspada)

Oleh Muhammad Hanafi Maksum Manurung



Metode Pemurtadan : 'Tulus Bak Merpati, Cerdik Bak Ular'

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat pada 2002 pernah merekrut beberapa santri untuk dilatih dakwah secara khusus. Setelah itu, mereka diterjunkan ke sejumlah rumah sakit daerah. Dua daerah di Jawa Barat yang sempat terlihat menjalankan program ini adalah Sumedang dan Cianjur. Tujuan program ini tidak pernah dijelaskan secara vulgar untuk melawan gerakan pemurtadan.

Para santri ini hanya dinyatakan sebagai rohaniwan yang ditugasi untuk memberi terapi mental kepada para pasien yang beragama Islam. Mereka datang ke rumah sakit, lalu memberi siraman rohani, dan membacakan doa-doa yang menyejukkan batin.


Meski begitu, aktivitas tersebut secara langsung juga menjadi bentuk perlawanan terhadap upaya pemurtadan. Forum Antisipasi Pemurtadan (Fakta) menyebutkan bahwa salah satu modus pemurtadan dilakukan melalui rumah sakit. Pasien beragama Islam dituntut meninggalkan agamanya dengan janji bahwa hal itu bisa meringankan penderitaannya. Janji seperti itu jelas sangat menggiurkan.

Selain itu, sekarang juga ada modus yang cukup populer digunakan untuk memurtadkan umat Islam. Aktivis yang terlibat pemurtadan berusaha menyamar jadi pemeluk Islam, lalu menggunakan simbol-simbol Islam untuk memurtadkan umat. Kurang lebih cara seperti ini mirip dengan jalan yang ditempuh C Snouck Hurgronje di zaman penjajahan dalam mengadu domba umat Islam.




Model kamuflase seperti itu, antara lain, bisa dilihat dalam situs-situs anti-Islam yang bertebaran di internet. Kunjungi saja situs http://answering-islam.org.uk/ http://www.islamreview.com/ atau http://www.faithfreedom.org/. Sepintas, situs ini menggambarkan bahwa materi yang dikandungnya bernapas Islam. Tapi, kalau dibaca lebih cermat, sebenarnya situs ini menebar kampanye untuk melawan Islam.




Dalam situs http://www.islamreview.com/ misalnya termuat artikel yang judulnya sangat provokatif: 'Cepatnya Kematian Islam'. Artikel itu ditulis seseorang yang mengaku bernama Ali Sina. Melalui artikel tersebut, Ali membantah keras sekali anggapan bahwa saat ini Islam menjadi agama yang pertumbuhannya paling cepat.

Dia mengungkap data, setiap jam 667 orang Islam masuk Kristen. ''Dalam setiap tahun terdapat 6 juta Muslim yang berpindah jadi pemeluk Kristen,'' ujar Ali. Eksodus ini, tambahnya, dilakukan karena Islam tidak bisa konsisten dalam memandang kajian ilmiah, etika, hak asasi manusia, dan logika.

Selain di internet, kamuflase juga ditemukan dalam beberapa brosur. Tim dari Fakta sempat mendapatkan brosur berjudul 'Dakwah Ukhuwah', 'Shirathal Mustaqim', 'Jalan Al Rahmat', juga yang lain. Dari namanya, brosur tersebut seperti berisi dakwah untuk mengajak orang memahami Islam. Padahal, buletin-buletin tersebut menurut penyelusuran tim dari Fakta, diterbitkan oleh sebagian kalangan Kristen untuk memurtadkan umat Islam.

Cara lain yang juga ditempuh dalam upaya pemurtadan adalah menggauli Muslimah baik melalui pemerkosaan maupun rayuan. Modus seperti ini sempat ditemui di Padang, Sumatra Barat. Beberapa Muslimah akhirnya terjebak masuk Kristen karena hamil di luar nikah.

Sekjen Fakta, Abu Deedat, menjelaskan bahwa cara-cara yang ditempuh dalam proses pemurtadan sangat banyak. Mulai dari yang halus sampai yang vulgar. Tapi, secara umum, katanya, para penggiat pemurtadan ini menjalankan tugasnya dengan dua prinsip. ''Mereka tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular,'' ungkapnya.

Sedangkan pola yang digunakan para tokoh pemurtadan adalah pembinaan dan penghancuran. Pola pembinaan misalnya berbentuk bantuan sosial, beasiswa, menyediakan tenaga ahli (dalam berbagai bidang), juga menggiatkan pendidikan. Sedangkan pola penghancuran ditempuh melalui upaya penurunan moral, penyesatan ajaran, dan sejenisnya.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, sambungnya, makin lama, upaya pemurtadan dijalankan semakin sistematis dan terorganisasi. Sudah begitu, dana pemurtadan, menurutnya, juga tidak terbatas. Sementara pada saat yang bersamaan, umat Islam semakin mudah dipecah dan gerakannya tidak tertata rapi. Saat ini, seperti pernah disinggung mantan perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohammad, kebanyakan orang Islam juga hidup di negara miskin. Tidak seimbang. (Republika)













Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda