Minggu, 11 Januari 2009

Jeruk kok Minum Jeruk

Mungkin di antara pembaca masih ada yang ingat dengan iklan sebuah minuman Vitamin C yang dibintangi oleh Joshua dengan jargonnya yang terkenal Jeruk Kok Minum Jeruk.

Jargon tersebut jenaka, mengena untuk menyampaikan bahwa minuman yang sedang diminum Joshua sama persis dengan memakan buah jeruk aslinya, baik dari kandungan vitamin dan kesegarannya.

Cerita bermula ketika Joshua yang sedang minum ‘minuman vitamin C’ tiba-tiba datang jeruk yang dimanusiakan, artinya jeruk tersebut telah dikreasikan mempunyai sifat seperti manusia, ingin minum seperti Joshua.

“Minta dong, !!!” kata jeruk kepada Joshua untuk meminta minuman Joshua.
“Jeruk kok minum jeruk ??” jawab Joshua secara retoris untuk menunjukkan ketidakpercayaannya ‘mana mungkin jeruk mempunyai keinginan untuk minum jeruk’.

Jargon ‘Jeruk minum jeruk’ ini sekarang telah diplesetkan oleh pelawak-pelawak untuk menggambarkan hubungan sejenis antara waria dengan waria, dimana, kalau pada iklan Joshua, jargon tersebut memanusiakan jeruk, tetapi pada kasus waria, jargon tersebut untuk menggambarkan mewanitakan laki-laki, yang akhirnya menimbulkan pertanyaan ketidakpercayaan ‘masa laki-laki berhubungan dengan laki-laki’.

Memanusiakan jeruk atau mewanitakan laki-laki, adalah menempatkan subyek tidak pada predikatnya atau fungsinya, implikasinya adalah kelucuan, keanehan, ketidakwajaran, kerancuan dan kemustahilan.
Allah SWT berfirman dalam QS. 5:72
"..kafirlah orang yang mengatakan : Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam"

Memberikan predikat Tuhan kepada nabi Isa as, disamping akan menjadikan kekafiran juga akan menimbulkan implikasi yaitu kerancuan, keanehan, ketidakwajaran dan kemustahilan keyakinan. Kita akan mengetahui jargon jeruk minum jeruk ternyata sangat tepat diterapkan kepada kesalahan memberikan predikat Tuhan kepada nabi Isa as. Mari kita kaji implikasinya.



SEKILAS TENTANG KETUHANAN YESUS

Menurut dogma dalam agama Kristen, Tuhan yang ada di langit berfirman, kemudian firman itu menjelma menjadi seorang manusia yang bernama Yesus :

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Injil Yohanes 1-1

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Injil Yohanes : 1:14

Menurut ayat tersebut, Tuhan yang ada di langit berfirman, dan firman itu adalah Tuhan, kemudian firman itu menjelma menjadi manusia, jadi ketika Tuhan telah menjelma menjadi manusia, maka tidak ada lagi Tuhan yang lain selain Yesus atau dengan kata lain tidak ada lagi Tuhan yang ada di langit, karena Tuhan telah tinggal di Bumi dengan rupa Yesus.

Bila ada yang meyakini bahwa masih ada Tuhan yang di langit sementara dalam waktu yang bersamaan meyakini Yesus sebagai Tuhan yang ada di Bumi, berarti keyakinan tersebut sama dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak Esa atau le-bih dari satu.

Memang beragam pemahaman umat Kristen tentang dogma Trinitas tersebut, hal ini tidak bisa dihindari karena ketuhanan Yesus adalah dogma yang dipaksakan. Dalam diskusi saya dengan orang-orang Kristen, dikatakan bahwa bila saya tidak paham dan tidak bisa menerima teologi Trinitas, semata-mata karena saya tidak mendapat bimbingan Roh Kudus.

Padahal, banyak sekali umat Kristen yang bingung dengan teologi Trinitas, apakah mereka juga tidak mendapat bimbingan Roh Kudus ?? Sekarang mari kita uji seilmiah mungkin, tentang teologi ketuhanan Yesus yang menyatakan bahwa Tuhan telah menjelma menjadi Yesus, tentu saja tidak ada lagi Tuhan selain Yesus, karena ayatnya menyatakan menjelma bukan membelah diri.



TUHAN BERSYUKUR KEPADA TUHAN

Suatu ketika Yesus melihat seorang wanita menangis karena saudaranya laki-laki telah meninggal dunia, wanita tersebut memohon kepada Yesus agar menghidupkan kembali saudaranya. Maka masygullah hati Yesus untuk menolong wanita tersebut, Yesuspun berhasil menghidupkan kembali saudara laki-laki wanita tersebut lalu Yesuspun bersyukur kepada Tuhan :

Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Yohanes 11:41

Dalam ayat tersebut sangat nyata disebutkan, Yesus bersyukur kepada Tuhan Bapa, padahal Yesus sendiri diyakini sebagai Tuhan, adalah aneh dan rancu, Tuhan bersyukur?, artinya Tuhan bersyu-kur kepada Tuhan. Banyak sekali pertanyaan yang timbul, salah satunya kepada Tuhan yang mana Yesus bersyukur, bukankah Tuhan telah menjelma menjadi diri Yesus? Apakah Yesus bersyukur kepada dirinya sendiri, tentu saja tidak, karena sikap tersebut merupakan sikap yang tidak masuk akal, seperti pertanyaan retorika Yoshua :

‘Jeruk kok minum Jeruk’.

Sikap Yesus menengadah ke atas bukanlah sikap kosong, artinya memang ada yang dituju yaitu Tuhan yang ada di langit, kalau meyakini Yesus sebagai Tuhan, tidak bisa tidak, harus meyakini Tuhan itu tidak Esa alias lebih dari satu. Yaitu Tuhan yang menerima rasa Syukur Yesus dan Tuhan yang satunya lagi yaitu Yesus sendiri. Pemahaman ini bertentangan dengan ayat :

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah Firman itu telah menjadi manusia Ibid no.3

Ayat yang bergaris bawah menunjukkan bahwa Tuhan telah berubah menjadi Yesus , ayat sama sekali tidak menunjukkan Tuhan memperbanyak diri menjadi dua seperti sel yang membelah diri untuk berkembang biak. Tentu saja tetap harus dijawab, Yesus berdo’a kepada Tuhan yang mana kalau Yesus masih diyakini sebagai Tuhan ?



TUHAN BERDOA KEPADA TUHAN

Di dalam Alkitab banyak ayat yang mengisahkan Yesus berdo’a kepada Tuhan :

Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Lukas 22:43-44

Dalam ayat tersebut, Yesus berdo’a kepada Tuhan, sangat nyata ada obyek yang dimintai Yesus yaitu Tuhan, dan nyata pula Yesus sangat bergantung kepada Tuhan, Tuhan yang mana lagi ?? Bukankah telah disebutkan dalam yohanes 1:1 dan Yohanes 1:14 Tuhan telah menjelma menjadi Yesus, mungkinkah Yesus berdo’a kepada dirinya sendiri, jelas mustahil yang sama mustahilnya dengan ungkapan :

‘Jeruk minum Jeruk’

Kecuali bila diyakini ada Tuhan selain Yesus, artinya sebelum Tuhan menjelma menjadi Yesus memang telah ada Tuhan yang lainnya. Berikut ini argumentasi teologi tersebut :

Fase 1: Tuhan A dan Tuhan B
Fase 2: Tuhan A menjelma menjadi Yesus
Fase 3: Tuhan Yesus dan Tuhan B

Berdasarkan teologi ini, bila Yesus dikatakan berdo’a ataupun bersyukur itu berarti Tuhan yang dituju Yesus adalah Tuhan B, tetapi teologi ini juga sangat batil, karena bertentangan dengan ayat-ayat berikut ini :

Bahwa TUHANlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia. Ulangan 4:35

Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhan-lah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain. Ulangan 4:35

"Kamu inilah saksi-saksiKu," demikianlah firman Tuhan, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku. Yesaya 43:10-11

Lalu apa maksud Yesus berdo’a memohon kepada Tuhan? Bila dijawab Tuhan berdo’a kepada Tuhan yang lain pasti salah, bila dijawab Yesus berdo’a kepada dirinya sendiri juga salah. Jawaban macam apapun akan berbenturan dengan Alkitab dan rasionalitas manusia, selama tetap menuhankan Yesus.



TUHAN DIPERINTAH TUHAN

Ada sebuah ayat yang berbunyi :

Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Yohanes 17:13

Dalam ayat tersebut Yesus mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa untuk mencapai hidup yang kekal (bahagia) mereka harus mengenal Tuhan secara benar dan mengenal Yesus sebagai utusan Tuhan .

Ayat tersebut sangat selaras ketika meyakini bahwa Yesus hanyalah seorang manusia utusan Allah SWT, bukan jelmaan Allah SWT. Yesus sama sekali tidak pernah mengatakan bahwa dirinya adalah jelmaan Allah SWT dan Yesus juga tidak pernah mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan. Tidak ada satu ayatpun yang menyatakan Yesus mengaku sebagai Tuhan.

Ayat tersebut di atas akan berantakan maknanya, bila memaksakan keyakinan Yesus sebagai Tuhan, salah satu kejanggalannya adalah kalimat terakhir yang menyatakan : ‘dan mengenal Yesus Kristus yang Engkau Utus,’. Lalu Tuhan yang mana lagi Tuhan yang mengutus Tuhan Yesus?

Bukankah teologi yang menyatakan Yesus sebagai jelmaan Tuhan berarti harus meyakini bahwa tiada Tuhan lagi selain Tuhan Yesus. Kalau demikian adanya mau tidak mau keyakinan ini harus membunuh akal sehat kemudian harus menerima saja ketika dikatakan Tuhan diperintah Tuhan.

Dan masih banyak ayat-ayat dalam Alkitab yang mengisahkan hubungan Yesus dengan Tuhan adalah hubungan antara seorang utusan dengan Tuhan-Nya yang mengutus. Sehingga kalau kita yakini Yesus sebagai Tuhan akan menimbulkan pertanyaan ‘Kok Jeruk Minum Jeruk’. ( al-islahonline.com )


Penampakkan dan perubahan misi Yesus

Pada tahun lalu sebuah televisi swasta menayangkan sebuah acara realty show yang ditayangkan seminggu sekali dengan materi acara menguji keberanian seseorang untuk mengalami penampakan hantu atau roh halus di sebuah tempat yang dinilai cukup menyeramkan atau mengandung sebuah misteri. Yang mereka maksudkan dengan penampakan hantu atau roh halus adalah penampakan sosok dari seseorang yang telah mati dan arwah yang bersangkutan tidak diterima bumi dan langit sehingga gentayangan dan kadangkala menampakkan diri kepada seseorang bahkan bercakap-cakap (Islam tidak mengajarkan adanya arwah yang menampakkan diri atau gentayangan, kalau ada penampakan itu terjadi karena korin menyerupakan diri dengan rupa seseorang yang telah mati. Korin adalah jin yang selalu menyertai seseorang ketika masih hidup.)

Dalam tradisi kekristenan, Yesus diyakini pernah menampakkan diri, bercakap-cakap dan menyampaikan pesan kepada murid-muridnya pasca Yesus dianggap telah dibangkitkan dari kematian-nya, kisah penampakan Yesus ini telah membuka pintu yang sangat lebar bagi sebuah diskusi yang menarik, alasannya,

Pertama, dari segi kisah penampakannya sendiri, Yesus dalam rupa penampakan tidak ubahnya seperti Yesus ketika masa hidupnya, tubuhnya berdaging, berdarah, merasakan sakit, lapar yang kemudian makan ikan goreng dan dapat diraba, sementara dalam kisah yang lain Paulus mengalami penampakan dalam rupa cahaya atau suara saja seperti kisah-kisah penampakan pada acara-acara televisi saat ini. Mungkin saja orang-orang Kristen berdalih hal itu terjadi karena penampakan dalam rupa yang berdaging, berdarah, lapar dan dapat diraba adalah penampakan Yesus sebelum diangkat ke langit, dan penampakan Yesus kepada Paulus adalah penampakan setelah Yesus terangkat ke langit, dalih semacam itu sesungguhnya tidak sesuai dengan ayat dalam Kisah Para Rasul 1:11 yang menyatakan “Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.".

Adanya rupa yang berbeda-beda dalam penampakan sudah cukup bagi seseorang untuk mempertanyakan/mendiskusikan perihal kebenaran kisah penampakan Yesus.

Kedua, dalam apa yang diduga sebagai penampakan-nya terdapat sesuatu yang sangat mengejutkan, yaitu sabda-sabda Yesus dalam penampakan kontradiktif –bertentangan- dengan sabda-sabda dan perbuatan-nya ketika dalam masa hidup-nya, salah satu contoh sabda yang dinisbahkan kepada Yesus dalam penampakan-nya adalah :

"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Injil Matius 28:19

Dalam ayat tersebut, mengandung makna bahwa Yesus memerintahkan kepada murid-muridnya agar semua orang-orang di seluruh dunia dijadikan muridnya dan dibaptis atas nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, yang berarti Yesus memerintahkan kepada murid-muridnya untuk menyebarkan ajarannya ke seluruh dunia –keluar dari Israel-.

Sedang dalam masa hidupnya Yesus pernah bersabda kepada murid-muridnya tentang batasan wilayah dakwah :

Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Injil Matius 10:5-6

Dalam ayat tersebut sangat jelas maksudnya dan umat Kristen tentu sepakat bahwa Yesus melarang murid-muridnya berdakwah ke bangsa lain selain bangsa Israel, bahkan Yesus melarang untuk berdakwah ke kota Samaria, padahal Samaria adalah ibukota Israel utara, alasan Yesus melarang ke kota Samaria hanya karena penduduk Samaria mayoritas berdarah campuran antara Israel dan penduduk pendatang atau penjajah. Umat Kristen juga sepakat dalam ayat tersebut Yesus menegaskan perin-tahnya kepada murid-muridnya agar berdakwah kepada orang-orang Israel saja.

Dalam masa hidupnya Yesus juga pernah menegaskan bahwa kemukjizatan yang dimilikinya adalah untuk membangun keimanan bangsa Israel bukan untuk selain bangsa Israel, hingga suatu ketika seorang wanita Kanaan (bukan Israel) meminta pertolongan kepada Yesus untuk menyembuhkan anaknya yang sakit keras dan sangat menderita, namun Yesus melaknya dengan bahasa yang amat keras –bagi ukuran orang-orang Indonesia- :

"Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Matius 15:26

Maksudnya, Yesus menyampaikan tidak patut mukjizat yang dimilikinya yang disediakan bagi pembentukan dan pembangunan keimanan orang-orang Israel (disebut anak-anak) lalu diberikan kepada orang yang bukan orang Israel (disebut anjing). Walaupun akhirnya Yesus bersedia menolongnya, namun misi keagamaannya tetap tidak ia sampaikan kepada wanita Kanaan tersebut.

Dan masih ada beberapa contoh ayat-ayat yang dinisbahkan sebagai ucapan/sabda Yesus dalam penampakannya yang bertentangan dengan ayat-ayat yang dinisbahkan sebagai ucapan dan perbuatan Yesus ketika dalam masa hidupnya. Tentu saja pertentangan-pertentangan tersebut melahirkan sebuah pertanyaan yang menarik untuk dijawab, benarkah penampakan itu ada ? kalau ada lalu bagaimana menjelaskan ketidak-konsisten-an Yesus dalam mewartakan misinya ? kalau tidak ada, bagaimana menjelaskannya ? dan masih banyak pertanyaan seputar kisah penampakan Yesus.

Bagi umat Islam tentu mudah dan simple untuk menjawab pertentangan-pertentangan tersebut dengan hanya dua kata :




KISAHNYA PALSU

Yang artinya menurut tradisi ke-Islam-an kisah penampakan Yesus adalah kisah palsu dan sebagai konsekwensinya adalah ayat-ayat atau sabda-sabda yang dinisbahkan kepada Ye-sus adalah palsu bukan dari Yesus, di samping itu al-Qur’an telah memberikan informasi bahwa nabi Isa u -Kristen : Yesus- diutus hanya kepada bani Israel –QS. 61:6.

Namun, adalah wajar bila umat Kristen tidak dapat menerima begitu saja jawaban secara ke-Islam-an yang teramat simple dan berten-tangan dengan iman mereka, adalah wajar bila umat Kristen menuntut penjelasan yang lebih detil dan dapat dipertanggung-jawabkan sesuai tradisi ke-Kristen-an untuk membuktikan dugaan bahwa ayat-ayat atau sabda-sabda dalam penampakan adalah palsu.

Untuk membuktikannya, mari kita kaji salah satu ayat atau sabda yang dinisbahkan kepada Yesus pasca dugaan kebangkitan-nya dari kematiaanya.

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Injil Matius 28:19

Ada dua poin utama dalam ayat tersebut yang akan kita kaji kebenarannya yaitu : pertama, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, kedua, baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.




POIN PERTAMA

jadikanlah semua bangsa murid-Ku, Injil Matius 28:19

Bila dibandingkan dengan sabda-sabda atau perbuatan Yesus ketika masa hidupnya, yang ternyata kontradiktif maka sudah cukup untuk meyakini bahwa ayat tersebut bukan sebagai ucapan Yesus, alasannya, Yesus sendiri pernah menyampaikan nubuatan yang kontradiktif dengan perintah untuk menjadikan semua bangsa muridnya :

Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Injil Matius 19:28

Dalam ayat tersebut dinyatakan, bahwa pada hari kebangkitan nanti, ketika Yesus bersemayam di takhta kemulian Allah, dua belas murid Yesus juga akan duduk di duabelas takhta yang telah disediakan bagi mereka untuk menghakimi kedua-belas suku Israel.

Kalau memang benar Yesus memerintahkan kepada murid-muridnya untuk menyebarkan misinya ke seluruh dunia, maka sebenarnya misi tersebut adalah misi yang sia-sia, karena Yesus dan dua-belas muridnya di hari penciptaan kembali nanti hanya akan menghakimi orang-orang yang berasal dari dua-belas suku Israel saja dan dalam nubuat itu Yesus sama sekali tidak menyinggung tentang adanya murid-murid yang berasal dari bangsa lain se-lain bangsa Israel, nubuat tersebut –Injil Matius 19:28- sudah cukup untuk meragukan keabsah-an perintah Yesus untuk menjadikan semua bangsa sebagai muridnya -Injil Matius 28:19-.

Sejarah juga telah membuktikan bahwa pasca dugaan kebangkitan dan kematian Yesus para murid-murid Yesus terkesan ragu-ragu bahkan terkesan mengabaikan perintah Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid-nya.

Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati.. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. Kisah Para Rasul 11:19

Ayat tersebut mengisahkan para murid Yesus yang melarikan diri ke luar dari bangsa Israel, tetap memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi saja. Kisah tersebut memberikan beberapa kemungkinan yaitu murid-murid Yesus tidak mematuhi perintah-nya untuk menyebarkan Injil ke seluruh bangsa, bisa juga karena memang tidak ada perintah untuk menyebarkan Injil ke seluruh bangsa, namun mengatakan para murid Yesus tidak taat adalah naif, karena gereja-geraja awal juga mempunyai sikap yang sama yang tidak mengabarkan Injil kepada orang orang selain orang Israel. Bahkan para tua-tua gereja awal menghukum Petrus hanya lantaran Petrus makan bersama-sama dengan orang-orang non Israel. Paulus –bukan murid Yesus dan tidak pernah bertemu dengan Yesus selama hidup Yesus- juga mendapat kesulitan dalam meyakinkan gereja Yerusalem awal untuk mendapatkan izin menyampaikan Injil kepada orang-orang non Israel. Kalau memang Yesus memerintahkan untuk menjadikan segala bangsa muridnya, bagaimana mungkin hal itu terjadi ?. Nubuat dalam Injil Matius 19:28 dan kisah-kisah tersebut di atas sudah cukup untuk menunjukkan bahwa tidak mungkin Yesus memerintahkan “Jadikanlah semua bangsa muridku”, artinya ayat tersebut adalah ayat palsu, bukan sabda Yesus.




POIN KEDUA

…. baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Injil Matius 28:19

Pembaptisan atas nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus adalah sebuah bentuk pembaptisan liturgis -Tata cara kebaktian gereja- yang jikalau ditelusuri sejarahnya tidak akan lebih awal dari 200 tahun setelah masa kerasulan Yesus, sebelum masa-masa itu pembaptisan terindikasi hanya atas nama Yesus Kristus. Hal ini dapat dilihat adanya fakta ayat bahwa Petrus dan saudara-saudara lainnya membaptis hanya dengan nama Yesus Kristus :

Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Kisah Para Rasul 2:38

Jikalau memang Yesus pernah memberi perintah kepada murid-muridnya agar membaptis dengan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus bagaimana mungkin bisa terjadi murid-murid Yesus membaptis hanya dengan nama Yesus ?. Ada dua kemungkinan jawaban yang dapat diberikan yaitu Yesus memang tidak memerintahkan pembaptisan dengan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus atau memang murid-murid Yesus yang tidak mentaatinya.

Pada abad ke 4 Masehi terdapat kutipan Injil Matius 28:19 oleh Eusebius Pamphili seorang uskup Caesarea, dia menyatakan sebagai “membaptis atas namaku”. Oleh karena itu paling tidak hingga akhir abad ke 4 M Injil Matius 28:19 masih mengalami proses editing oleh orang-orang yang ada di gereja-geraja Kristen awal.

Fakta ini memberikan titik terang bahwa Yesus sepertinya tidak memerintahkan pembatisan dengan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, bahkan dengan studi yang lebih kritis Injil Matius pasal 28 sepertinya telah selesai pada ayat ke-15, sehingga ayat-ayat ke-16 hingga ke-20 berkualitas palsu.

Dua uraian dalam poin pertama dan kedua di atas kiranya telah cukup dalam memberikan pandangan dan penjelasan tentang ketidak-validan ayat-ayat yang dinisbahkan sebagai ucapan Yesus dalam penampakannya.

Karena hal di atas menyangkut valid dan tidaknya misi penyebaran Injil ke seluruh dunia berdasarkan Injil mereka sendiri, maka sudah selayaknya bila seseorang harus mengkaji ulang ayat-ayat tersebut dan ayat-ayat serupa lainnya bila ingin menyebarkan Injil ke seluruh dunia, berikut ini beberapa contoh ayat-ayat yang digunakan sebagai landasan misi penyebaran Injil:

Lalu Ia berkata :”Pergila ke seluruh dunia, beritakanlah Injil …. Injil Markus 16:17

Dengan menguraikan seperti pada poin pertama di atas maka akan diperoleh kesimpulan yang kurang-lebih sama dengan Injil Matius 28:19 yang mustahil sebagai ucapan Yesus dalam penampakannya pasca anggapan kebangkitannya.

Contoh ayat lainnya yang juga dinisbahkan sebagai ucapan Yesus dalam penampakan yang digunakan sebagai landasan hukum untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia adalah :

….Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi…. Kisah Para Rasul 1:8 / Injil Lukas 24:47-49

Ayat tersebut sangat menarik untuk didiskusikan karena penisbahannya kepada Yesus sebelum terangkat ke langit. Islam dan Kristen sama-sama mengakui Yesus terangkat ke langit tetapi Islam meyakini tanpa melalui kebangkitan dan kematian. Bisa jadi ayat tersebut memang benar adanya tetapi bukan sabda dalam penampakannya. wallahu'alam (al-islahonline.com)

Untuk 17 Tahun Ke Atas


Kebanyakan orang tentu mengetahui makna dari pesan berikut ini : Untuk 17 Tahun Ke atas.

yang seringkali ditempel pada film-film yang hanya boleh ditonton bagi yang sudah berumur 17 tahun ke atas atau sudah dewasa. Banyak alasan lembaga sensor film memberikan label tersebut, di antaranya adanya adegan dewasa.

Begitu juga dalam Alkitab, ternyata, ada cukup banyak ayat yang hanya pantas dibaca oleh orang-orang yang sudah berumur 17 tahun ke atas atau su-dah dewasa, alasannya, ayat-ayat tersebut dinilai dapat memberikan efek bio-logis dan psikologis pada orang-orang yang membacanya, maka perlu adanya seleksi pembaca yaitu 17 tahun ke atas atau sudah dewasa.

Karna alasan tersebut, ayat-ayat ini tidak pernah dibacakan dalam kebak-tian di gereja, tidak pernah dibacakan dihadapan sekumpulan orang, tidak pernah ditemui dalam kartu ucapan Natal atau kartu undangan perkawinan, dan tidak akan pernah ada orang Kristen baik pastor, pendeta atau orang-orang awam yang mau menghafalkan atau menjadikan dalil. Padahal ayat-ayat tersebut diklaim sebagai ayat-ayat suci bagian dari sebuah kitab suci.

Bagi orang tua yang mengetahui ayat-ayat tersebut, tentu akan menyem-bunyikan rapat-rapat dari jangkauan anak-anak, agar jangan sampai mereka membacanya, kekuatiran ini sangat beralasan karena adanya efek biologis dan psikologis pada anak, yang dapat menyebabkan kedewasaan dini.

Mari kita lihat ayat-ayat tersebut mengapa bisa demikian ?, dan untuk adik-adik di bawah 17 tahun sebaiknya tidak membaca artikel ini.



Kitab Kidung Agung

Kiranya ia mencium aku dengan kecupan!
Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur1 KA 1:2

Tangan kirinya ada di bawah kepalaku,
Tangan kanannya memeluk aku. KA 2:6

Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu,3
Seperti dua anak rusa buah dadamu,
Seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput
Di tengah-tengah bunga bakung.5 KA 4:3,5

Pusarmu seperti cawan yang bulat,
Yang tak kekurangan anggur campur.
Perutmu timbunan gandum, berpagar bunga-bunga bakung.2
Seperti dua anak rusa buah dadamu,
Seperti anak kembar kijang.3 KA 7:2-3

Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan
Buah dadamu gugusannya.7
Aku ingin memanjat pohon korma itu dan
Memegang gugusan-gugusannya.
Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan
Nafas hidungmu seperti buah apel,8 KA 7:7-8



Ayat-ayat di atas terdapat dalam kitab yang dinamakan sebagai kitab Kidung Agung, kitab ini terdapat dalam Bible/Alkitab yaitu kitab ke-22, Ayat-ayat dalam Kidung Agung berbentuk syair atau puisi yang di atas namakan buatan raja Solomon. Namun penisbahan ini sama sekali tidak tepat, karena orang-orang Yahudi sama sekali tidak mengetahui siapa penulis kitab ini dan untuk apa kitab ini ditulis. Kitab Kidung Agung adalah kitab yang memuja cinta demi cinta dan untuk cinta.

Dalam Tafsir Alkitab Perjanjian Lama yang diter-bitkan oleh Lembaga Biblika Indonesia halaman 502, disebutkan, kitab Kidung Agung ini sangat diragukan sebagai kitab suci dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan sejarah suci, hukum-hukum atau nabi-nabi. orang-orang Yahudi sendiri sangat ragu-ragu memasukkan kitab ini sebagai kitab suci. Namun umat Kristiani secara bulat menerima Kidung Agung sebagai kitab suci.

Ayat-ayat tersebut dilihat dari teksnya, berisi puisi-puisi cinta yang penuh gairah, yang tentu tidak pantas untuk dibaca oleh anak-anak berumur 17 tahun ke bawah dan sangat tidak mungkin diba-cakan dalam gereja yang jemaatnya terdiri dari laki-laki dan perempuan, siapapun dapat menerka apa yang terjadi bila ayat-ayat tersebut dibacakan di dalam kebaktian di dalam gereja.

Bahkan Biarawan Spanyol Fray Luis de Leon, dijebloskan ke dalam penjara pada tahun 1562 oleh lembaga inkuisi karena menyusun sebuah terjemahan Kidung Agung yang asli dari kitab berba-hasa Ibrani, tentu saja karena isinya terlalu vulgar. Ayat-ayat yang saya kutipkan di atas adalah dari Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) tahun 2004 yang isinya sudah diperhalus yang disesuaikan dengan adat ketimuran.

Ayat-ayat yang sudah diperhalus tersebut, masih saja terasa vulgar, bagaimana jika ayat-ayat tersebut diterjemahkan apa adanya seperti bahasa aslinya ? tentu jauh lebih vulgar dan lebih membangkitakan gairah. Semestinya, kalau ayat-ayat itu diklaim sebagai ayat-ayat suci, maka tidak diperlukan lagi usaha untuk memperhalus bahasanya, biarkan saja seperti aslinya. Bukankah ayat-ayat suci itu firman Tuhan, bukankah firman Tuhan akan hilang kesuciannya kalau ayat-ayat tersebut dirubah-rubah, ditambah, dikurangi atau direvisi. ?????

Pertanyaannya, apakah pantas ayat-ayat ter-sebut yang membangkitkan gairah dan fantasi dimasukkan sebagai ayat-ayat suci ?, Hikmah apa yang dapat diambil dari ayat-ayat tersebut ??



KITAB YEHEZKIEL

Ia melakukan lebih banyak lagi persundalannya sambil teringat kepada masa mudanya, waktu ia bersundal di tanah Mesir.19
Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda.10
Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu.21 Yehezkiel 23:19-21

Kisah tersebut di atas terdapat dalam Perjanjian lama yaitu kitab ke-26 dalam Alkitab. Semua ayat dalam kitab tersebut, di klaim sebagai ajaran seseorang yang bernama Yehezkiel, menurut iman Kristiani Yehezkiel adalah seorang nabi yang hidup pada tahun 593 SM. Ajaran-ajaran Yehezkiel dibukukan dalam sebuah kitab yang kemudian diberi nama sesuai dengan namanya sendiri.

Sekarang mari kita kembali kepada teks ayat di atas. Kalau kita amati, ternyata isinya jauh lebih vulgar dari ayat-ayat dalam kitab Kidung Agung, bahkan ada kecondongan kasar dan sangat tidak pantas bagi bahasa ketimuran.

Kalimat ‘zakarnya seperti zakar kuda’ dan ‘meme-gang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu’ betul-betuli sulit diterima akal bila dima-sukkan dalam ayat-ayat suci, kata-kata dalam ka-limat itu lebih condong atau lebih tepat disebut se-bagai untaian kata-kata sensual dan erotis bahkan menurut adat ketimuran, bila ada seseorang yang mengatakan seperti kata-kata itu, maka masyara-kat akan mengatakan dia berkata-kata kotor.

Ayat-ayat yang saya contohkan di atas ada-lah ayat-ayat yang saya ambil dari Alkitab yang dikeluarkan oleh LAI tahun 2004, ayat-ayat terse-but sudah mengalami revisi yang cukup banyak guna menghilangkan kesan sensual, erotis dan ko-tor. Padahal kalau ayat-ayat tersebut diklaim sebagai ayat-ayat suci firman Tuhan, untuk apa lagi harus dirubah-rubah, bukankah Tuhan jauh lebih sempurna dalam memilihkan kalimat dari pada manusia ?

Mari kita lihat ayat-ayat tersebut pada Alki-tab terbitan LAI tahun 1970,

Dan melampiaskan hasratnja dengan petjinta mereka, jang pelirnja seperti pelir keledai dan jang pantjarannja laksana pantjaran kuda djantan.20 Yehezkiel 23:20

Kalimat yang bergaris bawah pada ayat tersebut yaitu pelirnya seperti pelir keledai telah diperhalus menjadi auratnya seperti aurat keledai pada Alkitab terbitan LAI 2004, padahal kata pelir dan aurat memiliki arti yang sangat berbeda, tentu saja pe-rubahan ini dimaksudkan untuk menghilangkan kesan kasar dan kotor, tetapi perubahan tersebut memberikan efek perubahan makna. Dan ini melanggar larangan yang terdapat dalam Alkitab :

Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya. Ulangan 12:32

Kalau ayat-ayat itu adalah firman Tuhan, untuk apalagi harus dirubah-rubah, apakah manusia lebih sempurna dari Tuhan dalam hal bertata-ba-hasa ?, tetapi kalau itu firman Tuhan mengapa kalimatnya sangat mengganggu norma-norma ketimuran, apakah Tuhan tidak tahu bahwa firmannya tidak cocok untuk orang timur, pasti tidak mungkin, karena Tuhan Maha Mengetahui. Bahkan di baratpun ayat-ayat tersebut juga mendapat kritikan karena dinilai tidak pantas untuk dipublikasikan.

Para penginjil Bandung sangat risih dengan ayat-ayat yang demikian, sehingga perlu merevisi ayat-ayat tersebut agar layak untuk dibaca, hasil-nya sebagai berikut :

Tetapi bagi dia sendiri hal itu tidak seberapa, ia malah melakukan persundalan yang lebih menjijikkan lagi dengan mengenang masa mudanya, ketika ia bersundal di Mesir dengan orang-orang yang besar hawa nafsunya.20

Demikian engkau merindukan kehidupan masa lalumu, masa engkau masih gadis, ketika engkau menyerahkan tubuhmu kepada orang-orang di Mesir.21 Yehezkiel 23:20-21, Penerbit Kalam Hidup Bandung

Hasil revisi tersebut cukup mengagumkan, sopan, halus dan lembut, cukup seimbang dengan nilai-nilai ketimuran. Namun sayang, sebagus apa-pun yang namanya merevisi firman Tuhan maka hasil yang didapat adalah bukan ayat yang asli lagi. Dan bagi pemeluk agama Kristen Bandung, harus rela dengan hilangnya ayat tersebut.



Ayat - ayat Yang Lain
Ayat-ayat berikut serupa bahasanya :

Kejadian 19:30-36 : Perzinahan ayah - anak
Kejadian 35:22 : Perzinahan ibu - anak
Kejadian 38:15-30 : Perzinahan ayah-menantu
2 Samuel 13:5-14 : Perzinahan kakak-adik
2 Samuel 16:21-23 : Anak memperkosa Ibu
Yehezkiel 16:23-24 : Pelacur tak pernah puas
Amsal 7:7-22 : Istri berselingkuh
Hakim-hakim 16:1 : Berzinah dengan sundal



Komenter - komentar dari Pihak Kristen Sendiri

George Bernard Shaw
Budayawan dan Kritikus Kaliber International dan pemenang Nobel tahun 1925, dia berpendapat :
“Alkitab adalah kitab yang paling berbahaya di muka bumi, simpanlah kitab ini di laci dan kuncilah”

The Plain Truth, Oktober 1977
“Membacakan cerita-cerita dari Injil kepada anak-anak bisa membuka kesempatan untuk mendiskusikan moral seks. Kitab Injil yang belum dibersihkan pasti mendapat rating X dari badan sensor”

Majalah Time 31 Maret 2001
“Alkitab merupakan kitab orang dewasa yang penuh sekali dengan erotisme”

Romo Don Bruno Maggioni
“Alkitab adalah sebuah karangan untuk orang dewasa. Bukan hanya karena-halaman seksualnya tetapi karena jenis masalah yang muncul di seputar seks manusia”




AL-QUR’AN LEMBUT DAN SANTUN

Penggambaran Cinta
Al-Qur’an memberikan gambaran cinta dan kasih dengan bahasa yang indah, santun dan mudah dimengerti makna dan hikmanya :

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung,dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, QS. 56:35-37

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan Sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. QS. 30:21

Ayat QS. 30:21 seringkali dicantumkan dalam kartu undangan pernikahan, tanpa tafsiran, hal ini menunjukkan ayat ini indah, sopan dan mudah dimengerti. Bandingkan dengan ayat-ayat dalam Kidung Agung, cari kartu undangan perkawinan orang Kristen yang memuat ayat ini, pasti tidak ada, karena akan dinilai tidak sopan, vulgar dan tidak ada makna apa-apa yang dapat diambil dari ayat-ayat Kidung Agung.

Penggambaran Hubungan suami-Istri
Al-Qur’an telah mengatur kehidupan suami istri dengan bahasa yang mudah, lembut, santun dan indah, walaupun tanpa kevulgaran namun sangat mudah untuk dipahami maksudnya :

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:"Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintakan Allah kepadamu…. QS. 2:222

Allah SWT memilihkan kata mendekati dan mencampuri untuk mewakili kata berhubungan badan, siapapun dapat mengerti maksud ayat tersebut dan mengambil pelajarannya, mudah, lembut, santun, indah dan tidak vulgar. Mari kita lihat lagi firman Allah SWT yang menggambarkan kebolehan menggunakan metode apa saja untuk hubungan suami istri :

Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki….. QS. 2:223

Sebuah kalimat yang lembut dan santun, memberikan gambaran yang indah, yang sangat menghargai wanita dan laki-laki, yang wanita merasa seperti sawah yang memberikan manfaat bagi kehidupan, dan yang laki-laki merasa mempunyai kebebasan yang luas untuk bercocok tanam. Tidak ada keharmonisan yang seindah keharmonisan antara petani dengan sawahnya. Begitulah firman Allah SWT mengalir begitu indah bersama hikmahnya, tidak ada satu katapun yang tidak mempunyai arti.

Sekarang bandingkan dengan ayat-ayat dalam Kidung Agung dan Yeheskiel 23:19-21, apakah ada hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dari ayat-ayat tersebut ?, dan bagaimana dengan cara penyajian bahasanya ? indah ? lembut ? atau vulgar dan kasar ?.


Sumber : Buletin al-islah edisi 24



Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda