Selasa, 14 Oktober 2008

Menguak SK Pengesahan Ketuhanan Yesus

Kapan SK yang memutuskan Yesus 100% Tuhan sekaligus 100% manusia ditetapkan?

Hal itu diputuskan pada Konsili di Efesius Juni 431 M (400 tahun setelah Yesus wafat) yang disponsori oleh Kaisar Romawi, Theodosius II.

[“We confess therefore our Lord Jesus Christ, the only begotten Son of God to be perfect (100%) God and perfect (100%) man”

(Oleh karena itu kita mengakui bahwa Tuhan Yesus Kristus, anak Tunggal Tuhan, sebagai Tuhan yang sempurna (100%) sekaligus manusia yang sempurna (100%)

Keputusan ini kemudian diperkuat lagi oleh SK yang diterbitkan dalam Konsili di Chalcedon, Oktober 451 M yang disponsori oleh Kaisar Romawi saat itu, Marcion.

”Following the holy fathers we confess with one voice that the one and only Son, our Lord Jesus Christ, is perfect in Godhead and perfect in mahood, tryly God and tryly man…”

(Sesuai dengan ajaran para pemimpin gereja, kami bersaksi dengan suara bulat bahwa satu-satunya Anak, Tuan kita Yesus Kristus, adalah Tuhan sempurna (100%) dan manusia yang sempurna (100%), Tuhan yang sesungguhnya dan manusia yang sesungguhnya).

Prof. John Hick dalam bukunya The Myth of God Incarnate mengatakan :

”What the orthodoxy developed as the two natures of Jesus, divine and human coinhering in one historical Jesus Christ remains a form of words without assignable meaning… for to say without explanation that the historical Jesus of Nazareth was also God is a devoid of meaning..That Jesus was God the Son incarnate is not literally true since it has no literal meaning but it is an application to Jesus of a mythical concept whose function is analogous to that of the nation of divine son ship ascribed in ancient word to a king”

(Apa yang diciptakan oleh golongan Kristen Orthodoks tentang ke dwi sifat-an (dua kodrat) Yesus sebagai Khalik dan makhluk dalam diri Yesus hanyalah merupakan kata-kata tanpa arti… karena dengan mengatakan tanpa penjelasan bahwa manusia Yesus adalah juga Tuhan, adalah suatu yang tidak memiliki makna…Bahwa Yesus adalah inkarnasi Tuhan secara harfiah tiak benar, karena secara harfiah tidak ada artinya dan hanya dapat diterapkan kepada Yesus dalam mitos yang fungsinya mirip seperti pandangan tentang raja sebagai anak dewa dalam legenda).

Huston smith, pakar perbandingan agama dalam bukunya The World’s Religion hal. 340 mengomentari ke-dwisifat-an Yesus :

”to be fully devine mean one has to be free human limitation. If he has only one human limitation then he is not God. But according to the creed, he has every human limitation. How then can he be God?”

(Untuk sepenuhnya ilahi, berarti dia harus bebas dari segala keterbatasan manusia. Kalau dia memiliki satu kelemahan manusia, berarti dia bukan Tuhan. Tetapi berdasarkan kredo, dia (yesus) memiliki segala keterbatasan sebagai seorang manusia. Oleh sebab itu mana mungkin dia Tuhan?)

Randolph Ross dalam bukunya Common sense Christianity dengan tegas menyatakan:

”Not because it is difficult to understand, but because it can not be meaningfully be said..not only impossible according to our understanding of the laws of nature..but impossible according to the rule of logic upon which all our reasoning is based”

(bukan hanya karena sulit dimengerti, tetapi karena tidak ada maknanya..tidak hanya mustahil berdasarkan hukum alam tetapi juga mustahil berdasarkan akal sehat dimana logika berfikir kita didasarkan.

Namun walaupun ajaran yang tidak masuk akal ini mendapat tantangan dari ilmuwan dan pakar Alkitab, Gereja tetap mempertahankannya mati-matian karena umat Kristiani sudah terlanjur diajari bahwa dua kodrat Yesus merupakan syarat untuk menjadikannya sebagai Juru Selamat sesuai agama Yunani.

Apakah upaya yang dilakukan Gereja untuk menjadikan anak Allah sebagai Tuhan?

Dengan mengatakan bahwa Anak Allah (Tuhan) adalah Logosnya filsafat Yunani.


Siapa yang mengatakan bahwa Logos (Firman) adalah anak Allah (Tuhan)?

Yang mengatakan demikian adalah Philo dari Alexandria. Dia mendifinisikan Logos sebagai ”Protogenes huios theou”
Gelar anak Tuhan ini kemudian digunakan oleh Paulus untuk Yesus. Selanjutnya penyalin Injil yang umumnya adalah pengikut Paulus juga ikut-ikutan menyebut Yesus sebagai Anak Allah (Tuhan) dengan menambahkannya ke dalam ayat-ayat Injil.

“Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, anak Allah“ (Markus 1:1)

”Jawabnya : “Aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah” (Kis. 8:37).

Kata “Anak Allah” dari kedua ayat tersebut di atas tidak ada dalam teks Injil Markus maupun Kisah Para Rasul yang diperkirakan ditulis pada tahun 325 M. Kata “Anak Allah” dalam kedua kitab diatas, baru diselipkan di akhir abad ke IV atau awal abad ke V.

0 komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda