Kamis, 09 Oktober 2008

siapa paulus tarsus itu??

Paulus Tarsus adalah orang pertama yang menyiarkan agama Kristen keluar dari kalangan bani Israel, sampai ke Eropa, yakni Italia, Yunani, wilayah-wilayah di Timur Tengah dan Asia Kecil, serta pulau-pulau di Mediterania (Laut Tengah). Paulus juga menulis setidak-tidaknya tiga belas pucuk surat ke berbagai wilayah itu, semuanya merupakan petunjuk dan bimbingan kepada berbagai jemaat dan pribadi. Surat-surat itu termasuk dalam Kitab Perjanjian Baru. Karena Paulus orang yang paling luas pengaruh kegiatan penyebaran Kristennya, maka ajarannya telah diterima luas di kalangan pelbagai jemaat di luar kalangan bani Israel di sekitar wilayah Mediterania yang paling strategis pada masa itu. Karena surat-suratnya telah tersebar luas sebelum ditulisnya Injil-injil yang merupakan riwayat Yesus, maka isi ajaran Paulus mempengaruhi Injil-injil itu. Surat-surat Paulus itu merupakan tulisan terpanjang dalam Kitab Perjanjian Baru yang ditulis oleh satu orang. Di samping itu riwayat dan ajaran Paulus banyak terdapat pula dalam Kisah Para Rasul.

Paham-paham ajaran Paulus telah diterima di luar kalangan bani Israel di wilayah Mediterania, istimewa karena mudah dicerna oleh kaum bukan Yahudi.

Menjelang penyebaran Kristen di wilayah Mediterania tercipta suatu kebudayaan baru yang diprakarsai Alexander Agung, penakhluk yang menguasai dunia yang membentang luas dari Makedonia ke Mesir, dari Yunani ke India. Kebudayaan itu diberi nama Helenisme yang berasal dari kata Hellas (Yunani). Helenisme nampak menonjol di seluruh wilayah Mediterania. Satu-satunya tempat di mana Helenisme mendapat perlawanan keras ialah di tanah Palestina. Namun demikian, penyebaran kebudayaan ini sampai pula ke sana melalui kekerasan. Rumah ibadah Yahudi di Sumeria dijadikan kuil pemujaan Dewa Zeus, Dewa Yunani. Babi yang diharamkan agama Yahudi dikorbankan di Bait Allah di Yerusalem. Tempat pemujaan Dewa Zeus didirikan di tempat-tempat pemujaan Yehovah sehingga timbul pemberontakan bangsa Yahudi. Di antara kota-kota yang terkenal sebagai pusat Helenisme ialah Athena, Alexandria (Mesir) dan Tarsus, kota kelahiran Paulus, yang sekarang masuk wilayah Turki.

Sehubungan dengan situasi kepercayaan dan upacara keagamaan pada masa itu, Edward Carpenter menulis bahwa di masa Yesus, "negeri-negeri di sekitar Laut Tengah merupakan pusat sejumlah besar kepercayaan Helenisme dan ritus-ritus pagan."

Dr. Davies menulis,


"Di Tarsus, Ibu kota Kilikia, di sudut selatan Asia Kecil, Timur bertemu dengan Barat sebagai yang tidak mungkin didapati di tempat-tempat lain dalam empirium Romawi. Tidak ada lingkungan yang lebih cocok bagi seseorang yang tugas misinya menghendaki pencampuran pikiran Yahudi dan Helenisme.

Tetapi Tarsus mempunyai sifat-sifat Yunani maupun sifat-sifat Timur. Bahasa Aramea dari Suriah merupakan bahasa yang paling banyak digunakan.

Bagi orang Yunani, tentu saja dewa-dewa itu dipandang sebagai berhala. Tetapi dewa-dewa itu merupakan berhala yang bahkan mempengaruhi pemikiran yang bertentangan dengannya sekalipun. Kultus-kultus penebusan dosa dengan ritus-ritusnya, ibu-ibu tuhan atau dewi, tuhan-tuhan penebus dosa yang menghadapi maut, berseru dengan samar namun dengan kekuatan yang menembus sampai jauh ke dalam. Di sini terdapat pertunjukan-pertunjukan sandiwara keagamaan (yang menciptakan dewa-dewa yang menderita kesengsaraan dan mati mencurahkan darah untuk menebus dosa manusia)"(A. Powell Davies, The First Christian, h. 17-18)

Paulus di Tarsus adalah orang Yahudi yang memiliki ibu orang Roma dan hidup di tengah-tengah masyarakat Helenisme. Di lingkungan masyarakat Helenisme inilah Paulus sempat tumbuh dan belajar bahasa Yunani. Tentang berbagai pengaruh dari luar dirinya Paulus mengaku, "Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang yang tidak terpelajar."(Roma 1:14)

Tentang lingkungan kehidupan Paulus, Godwin menulis, "Dua faktor dalam pembentukan wataknya kita ketahui. Yang pertama ialah latar belakang kebudayan Tarsus, kota kelahirannya. Kota itu termasuk jajahan Romawi di Asia Kecil dengan pengaruh Helenisme yang sangat keras?"(George Godwin, The Great Mystics,
h. 16-17)

Dan Dr. Dunkman mengatakan, "Terutama di Tarsus berkembang perpaduan kepercayaan Timur di samping falsafah Stoiki, dan dari kedua unsur itu terkumpul faham-faham Paulus," (K Dunkman, Der Mythologiesche Christus, h. 63) 

Paulus kemudian belajar di Yerusalem pada seorang Yahudi yang sangat alim bernama Gamaliel. Di sana ia dididik sebagai seorang Farisi, yaitu penganut aliran hukum Yahudi yang paling keras, yang harus menaati peraturan-peraturan Yahudi yang sangat ketat. Tekanan hukum yang sangat keras itu begitu dalam membekas dalam diri Paulus. Dua kondisi lingkungan yang saling bertentangan yang dimasuki Paulus membuat jiwanya terguncang. Sementara di Tarsus diajarkan bahwa pengorbanan dengan darah telah menebus dosa manusia sehingga manusia tidak terikat lagi oleh dosa, di lingkungan Farisi dia dituntut untuk tunduk patuh pada hukum-hukum Taurat yang ketat yang harus diikuti huruf demi huruf secara paksa.

Tentang pengaruh-pengaruh pada jiwanya ilmuwan Johanes Weiss mengatakan, "Segala aliran kepercayaan pada masa itu telah bertemu dalam dirinya; kesalehan nubuat Perjanjian Lama dan faham-faham kerabian Yahudi; faham-faham Yahudi Helenis dan etika Stoiki; sinkretisme mistik Helenisme dan Gnostikisme dua-listik asetik," (The History of Primitive Christianity).

Pendapat para ilmuwan tentang pengaruh kepercayaan paganisme pada Paulus ini pada prinsipnya tak ada bedanya. Sebagai kesimpulan, kata Herbert Muller, "Tidak seperti Yesus, Paulus?bernafaskan paganisme, dan bahasa yang digunakannya telah larut dalam pikiran-pikiran pagan. Dari situ ia membuat keputusan yang penting yang mengubah sekte agama Yahudi itu menjadi agama dunia. Sambil menentang murid-murid Yesus, Paulus menjadi pelopor dari kelompok yang memutuskan bukan saja untuk mengkhotbahkan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi tetapi juga melepaskan tuntutan-tuntutan agama Yahudi, yang paling jelas adalah sunat?.Dialah yang paling bertanggung jawab atas perpisahan yang mendadak antara ajaran Yesus dengan ajaran agama Yahudi. ( The Uses of the Past, h. 157)

Orang segera dapat melihat bahwa Paulus hampir pada setiap segi ajarannya berbeda dengan ajaran Yesus.

Namun Paulus bahkan banyak membuat pertentangan dengan dirinya sendiri. Ia mengaku, "Aku adalah orang Yahudi dari Tarsus" (Kisah 21:39), sedang ketika dihadapan laskar di Yerusalem yang hendak menghukum dia, Paulus mengaku "orang Roma" (Kisah 22: 25-27). Ketika dihadapan Majelis Besar Yahudi, ia berseru, "Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi?."(Kisah 23:6)

Kepada orang Roma Paulus menulis tentang hukum Taurat, "Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya"(Roma 3:31). Sedang kepada orang Galatia ia mengatakan, "Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: Jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu?Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran dari Taurat?"(Galatia 5:2, 4)

Dalam suratnya kepada orang Roma ia berkata, "Sebab itu aku mengatakan kepada kamu bahwa dari antara orang-orang yang berkata-kata dengan ilham Roh Allah itu, tiada seorang pun mengatakan Yesus itu terkutuk; dan tiada seorang pun mengatakan Yesus itu Tuhan, melainkan dengan Roh Kudus." (1 Korintus 12:3 ). Sedangkan kepada orang Galatia ia menulis, "Maka Yesus menebus kita dari kutuk Taurat itu dengan menjadi suatu kutuk karena kita, karena ada tersurat: Bahwa terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu." (Galatia 3:31).

Sulit mempertemukan kata-kata Paulus dalam surat-suratnya yang berlain-lainan dan saling bertentangan. Lebih mudah bagi kita untuk melihat hal itu dari segi Paulus sendiri. Mudah orang melihat watak dan pendirian Paulus dari kata-katanya sendiri dalam Kitab Perjanjian Baru. Bagi Paulus, bahkan berdusta untuk kemuliaan Tuhan bukanlah suatu dosa, "Tetapi jika kebenaran Allah dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?"
(Roma 3 : 7) 

Bagi Paulus, segala sesuatu halal, asal berfaedah. Ia tidak ingin tunduk kepada suatu kekuasaan atau kaidah apapun, seperti jelas dari pengakuannya; "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhambakan oleh sesuatu apapun."( 1 Korintus 6:12)

Paulus sangat ambisius dalam pengertian bahwa ia mempunyai hasrat dan gairah yang sangat besar untuk memperoleh banyak pengikut. Untuk itu ia mempergunakan segala bakat yang ada padanya. Ia seorang yang telah banyak belajar dan mengambil pengetahuan dari segala pihak, dan inilah konon yang dimaksudkan dengan dia mengatakan, "maka aku ini berutang, baik kepada orang Gerika (Yunani), baik kepada orang bangsa lain, baik kepada orang yang berpengetahuan atau kepada orang yang jahil," (Roma 1:14)

Dengan latar belakang pemikiran dan pengetahuan seperti itu, serta dengan ambisi yang sangat besar untuk menyebarkan ajarannya, diperlonggar seluas-luasnya dengan menghalalkan segala sesuatu, maka sangat jelas watak Paulus dalam kata-katanya sendiri, 


"Sungguh pun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikian bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat, aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. 

Bagi orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka."( 1 Korintus 9:22 ) 

Dan dengan keyakinan penuh Paulus menyatakan bahwa, "segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian didalamnya." ( 1 Korintus 9:23 )

Dalam penyebaran agama Kristen bisa dikatakan Paulus merupakan seorang Penginjil teladan sekaligus guru besar bagi penerusnya. Maka seperti kita lihat dalam prakteknya hingga hari ini penyebaran agama Kristen selalu dilakukan dengan cara-cara yang mereka tiru dari Paulus.@

(Disadur bebas dari Catatan Kaki Buku ?Misteri Darah dan Penebusan Dosa" karya M. Hashem)

0 komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda