Yesus tidak DiSalib (3/4)
Al-Qur’an secara umum menyatakan, bahwa murid-murid nabi Isa as, (Hawariyyin) adalah orang-orang yang sholeh, setia dan beriman. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hatim yang diterima dari Ibnu Abbas dikisahkan, bahwa ketika nabi Isa as sudah mengetahui akan keingkaran kaum Israel dan ingin membunuhnya, nabi Isa u menawarkan kepada murid-muridnya untuk diserupakan dengan dirinya, maka tampillah salah seorang yang paling muda menyatakan kesediaanya. Seingga secara implisit –tersamar- orang yang diserupakan dengan nabi Isa as adalah orang yang rela berkorban demi menyelamatkan gurunya, umat Islam tentu sepakat bahwa orang yang diserupakan dengan nabi Isa as adalah orang yang kemudian dibunuh dan disalib.
Sementara itu Bible mengisahkan bahwa Yesus memberikan informasi kepada murid-muridnya perihal salah seorang dari antara mereka yang akan menyerahkan dirinya, kemudian para murid-murid Yesus mempersoalkan siapa yang terbesar di antara mereka sebagai respons atas informasi Yesus tersebut, menyaksikan perbincangan siapa yang terbesar di antara murid-muridnya, Yesus memberikan petunjuk, bahwa orang yang terbesar diantara mereka adalah yang paling muda, dalam kisah yang lain, Yesus terharu akan orang tersebut.
Ada keserasian antara kisah al-Qur’an, al-Hadits dan Bible yaitu, pertama, al-Qur’an dan al-Hadits mengisahkan bahwa salah seorang dari murid nabi Isa as bersedia untuk diserupakan dengan nabi Isa as, sementara Bible mengisahkan bahwa Yesus memberikan informasi salah seorang muridnya akan menyerahkan dirinya dan hal itu membuat Yesus sangat terharu, bukankah salah satu sebab yang membuat seseorang sangat terharu adalah pengorbanan demi dirinya?. Kedua, al-Qur’an, al-Hadits dan Bible sama-sama sepakat bahwa orang yang telah menjadi fokus pembicaran adalah yang termuda dari antara murid-muridnya. Umat Kristiani tentu sepakat bahwa orang itu adalah Yudas, jadi dengan demikian Yudaslah yang diserupakan, dibunuh dan disalib.
Selanjutnya bible mengisahkan, ketika orang-orang Yahudi dan sepasukan tentara telah berhasil mengepung Yesus dan murid-muridnya, Yesus bertanya kepada mereka ‘siapa yang kalian cari’, mereka menjawab ‘Yesus dari Nazaret’, Yesus menjawab ‘akulah dia’, sesaat setelah itu, orang-orang Yahudi dan pasukannya mundur dan terjatuh ke tanah. Bible sama sekali tidak menyinggung penyebab dan maksud hingga mereka mundur dan terjatuh ke tanah, padahal mundur hingga terjatuh pastilah bukan kejadian biasa, pasti ada sesuatu yang luar biasa, karena sebelum dan sesudah mereka mundur hingga terjatuh, mereka menghadapi Yesus biasa-biasa saja.
Dalam al-Hadits yang diriwayatkan Abi Hatim dari Ibnu Abbas, sesaat sebelum penangkapan, terjadilah proses penyerupaan dari wajah Yudas menyerupai wajah Yesus dan sebaliknya. Sangat mungkin apa yang dikisahkan Bible mereka mundur dan terjatuh ke tanah adalah saat proses penyerupaan wajah Yudas ke wajah Yesus dan sebaliknya, sehingga mereka tidak mengetahui proses tersebut, atau saat mereka mundur dan terjatuh ke tanah adalah saat penggenapan dari nubuat yang disampaikan Yesus bahwa salah seorang muridnya akan membuatnya sangat terharu, dan satu alasan yang paling mungkin yang membuat Yesus sangat terharu adalah karena pengorbanan muridnya tersebut, umat Kristiani tentu sepakat bahwa orang yang dinubuatkan Yesus tersebut yang membuatnya sangat terharu adalah Yudas Iskariot, jadi secara kontekstual, Yudas sebenarnya adalah seseorang yang berkorban demi Yesus, dan bentuk pengorbanan itu sangat mungkin seperti yang diinformasikan al-Hadits yaitu penyerupaan wajah Yudas ke wajah Yesus yang menjadikan Yudas ditangkap untuk menggantikan Yesus.
Setelah itu orang-orang Yahudi membawa Yudas yang dikiranya Yesus untuk diadili dan ditentukan nasibnya. Petrus salah seorang murid Yesus mengikuti Yudas dari kejauhan, sesampainya di tempat Yudas diadili, Petrus menunggu dari luar memperhatikan jalannya sidang dan menunggu putusan nasib atas Yudas tersebut.
Ketika Petrus sedang menunggu, datanglah orang-orang Yahudi kepada Petrus dan mendakwa Petrus sebagai orang yang selalu bersama-sama dan sebagai murid Yesus orang yang sedang diadili, namun Petrus menyangka dakwaan tersebut, karena Petrus yakin bahwa orang yang sedang diadili bukanlah Yesus.
Kisah selanjutnya, orang yang diadili tersebut diserahkan kepada penguasa setempat yaitu Pontius Pilatus untuk diadili, dan Pontius Pilatus akhirnya memutuskan untuk menyalib Yesus yang sesungguhnya adalah Yudas. Umat Kristiani tentu sepakat bahwa orang yang disalib adalah orang yang sebelumnya diadili dan orang yang disangkal oleh Petrus, dan orang itu adalah orang yang ditangkap di taman Getsemani, berdasarkan argumentasi sebelumnya, bahwa yang ditangkap, diadili oleh orang-orang Yahudi dan disangkal oleh Petrus adalah Yudas, maka orang yang disalib dengan sendirinya adalah Yudas Iskariot yang telah diserupakan dengan Yesus.
IBU, ITU ANAK IBU
Sebetulnya, dari kisah pra penyaliban tersebut di atas, sudah cukup untuk membuktikan bahwa bukan Yesus yang disalib, melainkan Yudas Iskariot yang bersedia diserupakan de-ngan Yesus, namun, sangat menarik untuk menggali bukti bahwa yang disalib adalah Yudas Iskariot bukan Yesus, dari sisi saat-saat penyaliban itu sendiri.
Ketika Yudas Iskariot telah disalib, datanglah Ibu Yesus untuk menyaksikan orang yang disalib. Kemudian ibu Yesus berdiri dekat tiang salib, Yudas Iskariot yang disalib me-lihat Ibu Yesus dan salah seorang murid yang dikasihi Yesus berdiri disamping ibu Yesus, kemudian Yudas berkata kepada ibu Yesus :
“Ibu, itu anak Ibu”
dan berkata kepada murid yang dikasihi Yesus yang ada disamping Ibu Yesus :
“Itu Ibumu”
Perkataan Yudas tersebut sepertinya untuk menunjukkan kepada ibu Yesus bahwa anaknya adalah yang ada di sampingnya, bukan dirinya yang sedang disalib. Adalah wajar bila ibu Yesus mengira orang yang disalib adalah anaknya, karena memang orang yang disalib berwajah Yesus. Karena alasan itulah Yudas memberitahu kepada ibu Yesus ‘ibu, itulah anakmu’, dan berkata kepada orang yang di samping ibu Yesus ‘Itu Ibumu’, perkataan Yudas kepada kedua orang tersebut, seakan-akan ingin menyentuh dari sisi bathiniah bahwa antara keduanya terdapat ikatan yaitu antara ibu dan anak.
Sekarang mari kita kutip kisah selengkapnya tentang perkataan orang yang disalib tersebut dalam Alkitab bahasa Indonesia sehari-hari :
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan pengikut yang dikasihi-Nya berdiri di situ, Ia berkata kepada ibu-Nya, "Ibu, itu anak Ibu." Kemudian Yesus berkata kepada pengikut-Nya itu, "Itu ibumu." Semenjak itu pengikut itu menerima ibu Yesus untuk tinggal di rumahnya. Injil Yohanes 19:26-27
Kata-kata yang bergaris bawah adalah ucapan orang yang disalib, dan kata-kata yang tidak bergaris bawah adalah komentar atau narasi dari penulis Injil –Yohanes-, penulis berusaha menggiring pembacanya agar meyakini bahwa orang yang disalib adalah Yesus, namun, narasi tersebut menjadikan ucapan orang yang disalib tampak janggal, karena kata-kata ‘ibu, itu anak ibu’ berarti yang mengatakan bukan anaknya.
Dalam Alkitab terjemahan lama, ucapan orang yang disalib berbunyi sebagai berikut :
"Hai perempuan, tengoklah anakmu"
Perkataan semacam itu, tidak mungkin keluar dari mulut seorang anak kepada ibunya, kalimat seru ‘hai perempuan’ menunjukkan bahwa yang menyeru bukanlah anak dari orang yang diseru, berarti orang yang disalib bukanlah anak dari ibu Yesus, dan itu berarti orang yang disalib bukanlah Yesus.
Kalimat seru ‘hai perempuan’, terasa sangat kasar dan menjadikan orang yang diseru bisa terperanjat dan bertanya-tanya, apakah mungkin anaknya berkata seperti itu, kasar dan seperti orang lain ?, Namun sepertinya Yudas memang menginginkan ibu Yesus segera berpikir dan percaya bahwa orang yang disalib bukanlah anaknya, tetapi anaknya adalah yang ada di sampingnya, hal itu ditunjukan oleh Yudas dengan ucapan selanjutnya ‘tengoklah anakmu’, dan kepada pengikut Yesus yang ada disamping ibu itu Yudas berkata ‘tengoklah ibu-mu’, ucapan Yudas ini akan menjadikan Ibu Yesus mengok kepada pemuda yang ada disampingnya dan menjadikan pemuda yang di sampingnya menengok kepada ibu Yesus, maka selanjutnya yang akan terjadi adalah naluri seorang ibu akan mengetahui bahwa pemuda yang ada di sampingnya adalah Yesus anak-nya. Fragmen tersebut di atas sudah lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa orang yang disalib bukanlah Yesus.
Sekarang mari kita kutip ucapan orang yang disalib dari berbagai versi Alkitab :
King James Version : KJV : ‘Woman, behold thy son’
Cotemporary English Version : "This man is now your son."
Alkitab today’s Englis Version : "He is your son."
Alkitab Terjemahan Dunia Baru : "Wanita, lihatlah Putramu!"
Alkitab Sunda : "Ibu, eta teh putra ibu!"
Alkitab Jawa : "Ibu, menika ingkang Putra."
Tidak satupun kutipan ucapan orang yang disalib dari berbagai versi Alkitab di atas me-nunjuk bahwa dirinya adalah anak ibu Yesus, bahkan lebih tegas orang yang disalib mengatakan bahwa orang yang ada di samping ibu Yesus itulah yang sebagai anaknya.
Namun di dalam Alkitab Terjemahan Baru yang diterbitkan LAI –Lembaga Alkitab Indonesia- kata ‘itulah’ telah berubah menjadi ‘inilah’, seperti kutipan berikut :
‘Ibu, Inilah anakmu’
Tentu saja perubahan itu telah mengubah makna secara radikal, bila yang diucapkan orang yang disalib ‘Ibu, itulah anak ibu’ maka artinya orang yang disalib bukanlah Yesus, tetapi bila yang diucapkan ‘Ibu, inilah anakmu’ berarti orang yang disalib adalah Yesus. Tentu saja perubahan tersebut telah menjadikan para pembaca Alkitab tergiring dalam satu pemahaman bahwa yang disalib adalah Yesus, namun bagi siapa saja yang kritis perubahan itu justru melahirkan sebuah keraguan, untuk apa Yesus menunjukkan bahwa dirinya adalah Yesus, bukankah kalau memang benar bahwa yang disalib adalah Yesus, Ibu Yesus pasti mengenali?
KISAH DALAM AL-QUR’AN
dan karena ucapan mereka:
"Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah",
padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesung-guhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. QS. 4:157
Al-Qur’an sama sekali tidak menyangkal adanya penyaliban, al-Qur’an menyatakan bahwa yang dibunuh dan disalib adalah seseorang yang diserupakan dengan nabi Isa as yaitu Yudas.
Al-Qur’an lebih jauh menyatakan, bahwa mereka dalam keragu-raguan tentang orang yang disalib, mereka tidak yakin bahwa yang disalib adalah nabi Isa as, mereka hanya mengikuti persangkaan belaka.
Setelah kita kaji ucapan orang yang disalib, telah cukup membuktikan apa yang dinyatakan al-Qur’an bahwa mereka dalam keragu-raguan terhadap orang yang disalib. Kalau mau secara jujur menafsirkan apa yang diucapkan oleh orang yang disalib, tentulah akan timbul pertanyaan, apa mungkin orang yang disalib itu Yesus, mengapa dia mengatakan bahwa anak dari Ibu Yesus adalah yang disamping ibu Yesus, bukan orang yang disalib, mengapa orang yang disalib menyatakan ‘hai perempuan’ kepada ibu Yesus kalau orang yang menyatakan itu adalah anak dari ibu Yesus ?
Perubahan dari ‘Ibu, itulah anakmu’ menjadi ‘Ibu, inilah anakmu’, juga membuktikan bahwa sebenarnya mereka dalam keragu-raguan terhadap orang yang dibunuh dan disalib, kalau mereka sudah yakin mengapa harus mengubah-ubah apa yang diucapakan orang yang disalib ?.
SEJARAH MEMBUKTIKAN
Pada abad-abad petama -s/d110 M-, telah banyak aliran-aliran dalam agama Kristen, setiap aliran mempunyai versi kitab dan keyakinan yang berbeda dengan aliran yang lain. Salah satu contoh, ada sebuah aliran yang meyakini bahwa penyaliban Yesus merupakan ilusi belaka. Ignatius, uskup Antiokia menyerang mati-matian aliran tersebut, Ignatius merasa kuatir terhadap perkembangan aliran Kristen yang meyakini penyaliban Yesus hanyalah ilusi . Serangan dan kekuatiran Ignatius membuktikan bahwa aliran tersebut berkembang sangat luas dan kuat, artinya, pada masa-masa Kristen awal banyak yang meyakini penyaliban Yesus adalah ilusi.
Iganatius dalam bukunya ‘Trallians’ menulis :
‘Namun jika, seperti yang dikatakan sebagian orang …penderitaannya hanyalah penampakan/ilusi, maka mengapa aku dipenjara, dan mengapa aku harus melakukan perjuangan panjang melawan hewan-hewan liar? Jika memang demikian, aku hanya mati sia-sia’
Tulisan Ignatius tersebut membuktikan, betapa kuat keyakinan orang-orang yang meyakini penyaliban Yesus hanya merupakan ilusi, sehingga Ignatius harus mati-matian melawan mereka hinga dipenjara dan mati karenanya.
Bukti sejarah tersebut telah menguatkan apa yang dikatakan al-Qur’an, bahwa bukan nabi Isa as yang disalib dan dibunuh, tetapi orang yang diserupakan dengan beliau, sekaligus membuktikan bahwa mereka ragu-ragu tentang orang yang disalib dan dibunuh.
Sampai di sini dulu kajian tentang penyaliban, semoga, kajian ini dapat bermanfaat bagi kita dan semakin mempertebal keimanan kita. Amin. (al-islahonline.com)
Posting Komentar