Agen Yahudi dan Nasrani di Sekeliling Kita
Di negeri tempat saya kerja, Brunei, sekarang sedang santer berita tentang Aceh pasca tsunami. Yaitu tentang adanya tanda-tanda missionaris yang masuk ke wilayah propinsi tersebut. Berita itu agak sedikit dibesar-besarkan memang. Dalam arti supaya dapat diketahui banyak orang. Terutama rakyat Brunei Darussalam. Supaya mereka yang berduit mau jadi bapak angkat, atau minimal jadi penyumbang tetap tiap bulan bagi anak-anak umur sekolah yang ditinggal pergi selama-lamanya oleh orang tua mereka.
Mendengar berita tersebut, apalagi berhubungan dengan hal kristenisasi, saya jadi ingat semasa masih jadi penghuni tempat penampungan calon TKI yang akan diberangkatkan ke luar negri, di Jakarta. Disana, memang banyak sekali cerita-cerita yang sebelumnya tidak pernah saya dengar, apalagi saya alami. Dan anehnya, di tempat komunitas orang-orang kampung yang akan mengais rezeki di luar negeri itu, rupanya ada juga semacam misi untuk pindah agama. Mengapa tidak?
Suatu hari seorang teman perempuan menyodorkan pasport kepada saya. Saya kaget luar biasa. Bukan karena namanya yang panjang dan berliku-liku, tapi karena di boks agama tertulis bukan Islam, tapi Kristen. Kaget karena dalam kesehariannya di tempat itu, ia shalat, ia baca buku agama kecil dari kampung dan ketika ia mau berangkat ke Brunei, ia juga pakai kerudung, layaknya muslimah taat. Ketika saya tanya ia menjawab: Ini semua perbuatan si pencari tenaga kerja di kampung. Alasannya, kalau mau cepat berangkat, ganti dulu biodata aslinya. Sebab, calon yang sedang membutuhkan pembantu adalan non muslim.
Saya hanya bisa garuk kepala saja mendengar ulah para pencari TKI ke luar negri dikampung-kampung. Rupanya begitu mudah mereka mempermainkan orang-orang yang sedang lemah dalam ekonomi. Sampai akidah pun tak perlu dipikirkan secara serius. Inikah agen Nasrani itu?
Tak hanya itu, sebelum saya berangkat merantau, ada seorang ibu penjual makanan, datang ke rumah saya. Ia bertanya pada saya. Bagaimana hukumnya di doakan oleh seorang pendeta, sedang kita adalah muslim. Saya tak langsung menjawab. Bagi saya ini pertanyaan berat. Saya tak punya kapasitas untuk menjawabnya. Ini masalah fiqih serius. Saya belum mampu menjawab hal yang berhubungan dengan hukum Islam ini.
Saya justru lebih tertarik pada persoalan, mengapa ia bertanya seperti itu. Selidik punya selidik, ternyata di desanya sudah beberapa minggu ini ada pengobatan gratis dari sebuah organisasi tertentu. Yang aktifitasnya adalah memberi pongobatan percuma kepada desa yang agak tetinggal itu. Dan setelah mereka mendapatkan pengobatan, lantas mereka didoakan agar cepat sembuh oleh seorang pendeta.
Saya sedikit banyak tahu tentang desa tempat tinggal perempuan itu. Desa yang terletak di lereng sebuah gunung terbesar di pulau Jawa itu, di tahun 60-an, memang jadi basis partai terlarang di Indonesia. Sebuah partai yang berhaluan komunis, yang sudah barang tentu atheis, alias anti Tuhan. Dan tahun 80-an ada kristenisasi disana, walau ahirnya tak berhasil. Karena tak lama kemudian banyak yang sudah masuk Kristen, ahirnya bersyahadat kembali.
Namun, mereka tak jera. Beberapa waktu kemudian, saya mendengar para missionaris membeli tanah berhektar-hektar, setelah misi mereka tak berhasil. Dan sekarang ini ditanah tersebut telah berdiri sebuah bangunan megah dan mewah. Dan di depan gedung tersebut tertulis dengan huruf besar: Sekolah Al-Kitab/Sekolah Theologi. Dan konon dari sinilah calon-calon 'ulama' mereka digodog. Dan mereka datang dari seluruh Indonesia.
Terbayang di otak saya, bahwa orang-orang Nasrani memang tidak akan senang melihat kami orang muslim terus istiqamah memegang akidah kuat-kuat. Sehingga dengan cara apapun mereka ingin menempuh segala jalan, supaya ada di atara kami yang ikut dalam jamaahnya.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu, hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Allah itulah yang benar. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Al Baqarah: 120)
Dan baru saja saya membaca kabar dari sebuah majalah terbitan Kuala Lumpur Malaysia. Bahwa di negri jiran itupun agen Yahudi dan Nasrani tak kalah cerdiknya. Bahkan mereka sudah berani masuk kampus dan juga-tempat-tempat hiburan berkelas.
Majalah muslimah yang terbit bulanan tersebut juga menceritakan tentang seorang gadis muda, cantik, modis, yang sedang enjoy di sebuah tempat hiburan terkenal di ibukota Malaysia itu. Dan suatu saat, gadis itu disodori sebuah buku kecil cantik oleh seorang perempuan beretnis Cina. Sambil melempar senyum manis, perempuan itu berkata, "Yesus son of Allah. If you love him, he will help you. Please, come to our church
Membaca tulisan itu, saya jadi khawatir, jangan-jangan suatu saat, saudara-saudara saya di daerah-daerah yang terisolasi pun akan disodori hal semacam itu. Atau mungkin dalam bentuk bahasa yang lebih halus dan menyentuh lagi. Tidak mustahil. Dan tentunya kami-kami inilah yang harus lebih solid lagi untuk mau turun ke daerah-daerah tersebut untuk menjaga datangnya agen-agen Yahudi dan Nasrani tersebut. Sebab mereka tak pernah patah semangat seperti yang telah difirmankan Allah di atas (Eramuslim).
Brunei, Mei 2005,
Sus Woyo
Posting Komentar