Minggu, 12 Oktober 2008

Menelaah Kisah Penyaliban Al Masih AS (bagian 1)

Benarkah Isa Al Masih alaihissalam disalib dan meninggal pada kayu salib? Pertanyaan tersebut menarik untuk didiskusikan karena persoalan penyaliban akan membawa implikasi panjang pada aqidah umat. Sebab seperti kita ketahui, doktrin agama Kristen menegaskan bahwa Isa Al Masih yang oleh kalangan agama Kristen disebut dengan Yesus, meninggal di kayu salib. 

Yang dimaksud dengan implikasi panjang adalah, karena konsep penyaliban tersebut menjadi tonggak aqidah umat Krsiten tentang kenaikkan dan kebangkitan Yesus, yang pada akhirnya mengarah pada pengakuan akan ketuhana Yesus.

Nah Isa Al Masih, menurut fakta sejarah, memang mendapat hukuman salib. Hukuman itu diterimanya karena beliau dianggap menghujat Allah dengan mengatakan bahwa dirinya adalah anak Allah. (Matius 26:63-65)

Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya.

Tetapi ketika diajukan ke wali negeri, Isa Al Masih dituduh makar, sehingga Pilatus bertanya Engkau raja orang Yahudi? (Matius 27:11-20

Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun. Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran. Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak. Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas. Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?" Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki. Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam." Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.

Marilah kita telaah sejarah itu secara obyektif dan komprehensif. Dalam Injil dijelaskan sebagai berikut : (Yohanes 19:14) “Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas....“. 

Istilah Paskah sendiri berasal dari bahasa Ibrani, dari kata "pesah“ yang artinya : “melewati“. Upacara ini seperti dijelaskan dalam Perjanjian Lama sebenarnya dilaksanakan sebagai peringatan pembebasan bangsa Israel dari bangsa Mesir (Keluaran 12:23-28) :
Dan TUHAN akan menjalani Mesir untuk menulahinya; apabila Ia melihat darah pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu itu, maka TUHAN akan melewati pintu itu dan tidak membiarkan pemusnah masuk ke dalam rumahmu untuk menulahi. Kamu harus memegang ini sebagai ketetapan sampai selama-lamanya bagimu dan bagi anak-anakmu. Dan apabila kamu tiba di negeri yang akan diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang difirmankan-Nya, maka kamu harus pelihara ibadah ini. Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini? maka haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita." Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah. Pergilah orang Israel, lalu berbuat demikian; seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa dan Harun, demikianlah diperbuat mereka. 

Sedang dalam Perjanjian Baru, Yesuslah yang disebut-sebut sebagai “anak domba Paskah“ (I Korintus 5:7) :
“Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.”

Dengan demikian menurut keyakinan Kristen sendiri Isa Al Masih harus disalib untuk menebus dosa umatnya sebagai akibat dari dosa yang diwariskan oleh Adam dan Hawa. Dengan penyaliban tersebut, maka manusia terbebas dari siksaan akibat dosa warisan tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya gereja menyatakan bahwa Paskah adalah hari Kebangkitan Yesus.

Dalam persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas, Pilatus selaku gubernur Romawi, memutuskan untuk menyerahkan Isa Al Masih kepada orang-orang Yahudi, agar disalib dibukit Golgota (Bukit Tengkorak). Maka Isa Al Masih dipaksa memanggul salib ke Bukit Golgota.

Setelah sampai di Bukit Golgota (Matius 27:46) “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Hari itu adalah hari persiapan Paskah dan besoknya adalah hari Sabat (Sabtu). Bagi umat Yahudi, hari Sabat adalah hari ketujuh, hari yang suci[/i dan Tuhan berhenti bekerja pada hari tersebut, sehingga orang Yahudi dilarang bekerja apapun [i]termasuk penyaliban (Keluaran 20:8-11), dan orang yang bekerja pada hari itu harus dihukum (Keluaran 31:12-14)

“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu. Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya.

Pada saat itu, waktu yang tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan penyaliban, sebelum memasuki hari Sabat, tinggal 2.5 - 3 jam (ingat, bahwa pergantian waktu menurut tradisi Yahudi adalah terbenamnya Matahari, jadi bukan pada jam 00:00)

Terdesak oleh waktu, dan untuk mempercepat proses kematian orang-orang yang disalib tersebut orang-orang Yahudi ingin segera memastikan kematian dengan cara mematahkan kaki, yaitu meremukkkan kaki dengan batas bagian tempurung kaki kebawah.
Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib--sebab Sabat itu adalah hari yang besar--maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. (Yohanes 19:31)

0 komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda